-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Tugas Kuliah ; Matematika ekonomi awal penggunaan dan perkembangannya

Post a Comment

  


Abstrak

Mata kuliah matematika ekonomi memberikan dasar bagi mahasiswa untuk dapat dengan mudah mempelajari mata kuliah-mata kuliah di bidang ekonomi. Ilmu ekonomi matematis merujuk pada penggunaan metode matematis untuk melambangkan teori ekonomi dan menganalisis masalah yang dirupakan di ilmu ekonomi. Membolehkan perumusan dan derevasi hubungan pokok di teori dengan kejernihan, hal-hal umum, dan kesederhanaan.
Ilmu matematika membolehkan pakar ekonomi membentuk proposisi dapat diuji yang berarti sekitar banyak subyek yang meliputi banyak hal dan kompleks yang secara memadai tidak bisa diungkapkan secara tak resmi. Lebih lanjut, bahasa ilmu pasti membolehkan pakar ekonomi membuat klaim positif yang spesifik yang jelas tentang subyek kontroversial atau mengundang perdebatan yang akan mustahil tanpa ilmu pasti.


1.      Pendahuluan
Banyak teori ekonomi sekarang ini diberikan di syarat-syarat model matematika ekonomi, set stylize dan menyederhanakan hubungan matematis yang menjelaskan asumsi dan implikasi. Keperagawatian ekonomi resmi mulai di yang terlambat ke-19 abad dengan penggunaan kalkulus diferensial untuk menolong menggambarkan dan meramalkan ekonomi kelakuan. Ilmu ekonomi menjadi lebih matematis sebagai disiplin sepanjang babak pertama abad ke20. (http://jihadi.staff.umm.ac.id/)

2.      Pembahasan
Munculnya Model Kuantitatif pada Analisis Ekonomi Pada awalnya ilmu ekonomi diajarkan dengan pendekatan verbal-filosofis seperti yang disajikan pada buku “The Wealth of Nations” yang ditulis oleh Adam Smith yang dikenal sebagai seorang ahli filsafat.    Memang pada mulanya, ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu filsafat dan setelah era Adam Smith, Ilmu Ekonomi baru menjadi disiplin ilmu tersendiri. Selang beberapa saat setelah era ini, pendekatan pengajaran ilmu ekonomi diperkenalkan dengan  menggunakan   simbol-simbol matematik dan grafik. Kita tidak tahu pasti kapan sebenarnya penggunaan perangkat-perangkat non-verbal ini dimulai, namun kebanyakan para ahli menganggap bahwa mazhab neoklasiklah yang  menjadi pelopor pendekatan ini. Akhirnya, sampai saat ini, ilmu ekonomi dikenal sebagai sebuah disiplin ilmu yang multidimensional dalam artian bisa digunakan tak terbatas hanya pada penyampaian intuisi secara kualitatif, melainkan bisa juga diterapkan secara kuantitatif.
Dari kedua pendekatan ini, maka lahirlah terminologi “ekonomi kualitatif” dan “ekonomi kuantitatif”.  Namun perlu digarisbawahi   bahwa   keduanya   bukanlah   dua   cabang   ilmu yang   terpisah,   melainkan   hanya   merupakan   pendekatan   penyampaian   yang   berbeda seperti   halnya   kalau   kita   mengekspresikan   sesuatu   menggunakan   bahasa   yang   agak berbeda (Perdana dalam Anwar, dkk, 1997).
Analisis kuantitatif  dalam ilmu ekonomi dapat  dikategorikan menjadi dua,  yaitu matematika  ekonomi dan ekonometrika. Matematika ekonomi   digunakan   dalam  ilmu ekonomi lebih ke arah penyusunan teori secara deduktif. Sedangkan ekonometrika digunakan sebagai studi terhadap  observasi empiris, dengan menggunakan metode perkiraan  statistik  serta pengujian hipotesis. Ekonometrika, dengan kata  lain, menekankan  pada   pengujian empiris atas teori ekonomi, dan dibutuhkan untuk pengambilan kesimpulan secara induktif. Para ahli ekonometrika pun umumnya menggunakan    persamaan-persamaan matematika yang disusun oleh ahli matematika dengan membuat      modifikasi   secukupnya agar   memungkinkan  untuk   dilakukan pengujian empiris terhadap hukum-hukum ekonomi. Dalam prakteknya, analisis ekonomi memang tidak dapat    terlepas dari analisis kuantitatif.  Dengan bahasa matematika, penggunaan ekspresi verbal digantikan dengan simbol-simbol matematika sehingga penyampaian ide bisa lebih efisien, lebih akurat dan lebih sistematis. Sedangkan dengan menggunakan ekonometrika, suatu teori  dapat diverifikasi   validitasnya melalui data empiris yang tersedia. Selanjutnya, dengan menggunakan data empiris, dimungkinkan untuk   memberi masukan   pada   penggalian ilmu baru dan/atau pemodifikasian ilmu yang sudah ada.
Singkatnya, pendekatan kualitatif dan kuantitatif   dalam analisis ekonomi  ini  saling melengkapi. Tanpa perangkat kuantitatif, seorang ahli  hanya dapat memberikan gambaran tentang suatu fenomena tanpa dapat membuktikannya. Sedangkan penggunaan alat   kuantitatif  tanpa  pemahaman intuitif  terhadap ilmu ekonomi menjadikan suatu analisis kehilangan nuansa ekonomi sebagai ilmu sosial yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi.
Matematika Ekonomi di awal penggunaan dan perkembangannya, Chiang dan Wainright (2005) mendefinisikan bahwa matematika ekonomi merupakan suatu pendekatan   analisis ekonomi dengan menggunakan  simbol-simbol  matematika dan logika   matematika   dalam merumuskan teori   ekonomi dan permasalahan  dalam   ilmu ekonomi.   Pada   mulanya, matematika ekonomi   lahir dari cabang   teori   ekonomi   yang  relatif  kecil  sampai akhirnya menjadi hampir sama besarnya dengan teori ekonomi lainnya. Perkembangan ini disebabkan karena para ekonom bersimpati terhadap ekonomi neoklasik yang merepresentasikan teori ekonomi dengan formulasi matematika. Sebelum matematika ekonomi diadopsi secara luas, teori ekonomi masih mengandalkan analisis grafik; namun analisis ini terkendala oleh visualisasi yang hanya terbatas pada dua dimensi karena    visualisasi lebih dari  dua dimensi tidak mudah dipahami. Baru setelah tahun 1950, perkembangan matematika ekonomi makin pesat seiring berpindahnya para   ahli-ahli   matematika menjadi akademisi ekonomi seperti Kenneth Arrow, Gerard Debreu, Frank Hahn dan Hildenbrandt.
Awal dari penerapan analisis matematika dalam ilmu ekonomi adalah   digunakannya teori persamaan simultan oleh Leon Walras untuk menganalisis       keseimbangan beberapa pasar yang saling berkaitan; kemudian, dicobanya kalkulus untuk menganalisis perilaku konsumen oleh Edgeworth. Aplikasi oleh Walras ini mendorong perkembangan analisis keseimbangan umum yang memfokuskan pada persyaratan- persyaratan untuk dibangunnya seperangkat harga atau instrumen-instrumen lain yang menjamin bahwa permintaan dan penawaran akan setara   di  semua pasar  secara simultan   pada saat berbagai sumber daya, teknologi dan  preferensi  konsumen yang menentukan permintaan dan penawaran dispesifikasi dalam kerangka  yang cukup umum (Huges, dalam Kuper and Kuper, 2000).
Sedangkan, Mathematical Programming dan Convex Analysis banyak digunakan dalam menganalisis perilaku  konsumen maupun produsen. Dalam menganalisis     perilaku konsumen diasumsikan bahwa konsumen memaksimumkan utilitas dengan mempertimbangkan  sumber daya yang  ada  sedangkan dalam menganilisis    perilaku produsen diasumsikan  bahwa  produsen memaksimumkan  keuntungan dengan mengacu       kepada kemampuan  sumber daya yang dimiliki  atau  meminumkan biaya produksi   untuk   mencapai target tertentu.  Dengan   menggunakan  konsep dualitas dari athematical   programming,   seorang   analis   diberi   pilihan   apakah   melakukan   analisis melalui maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya. Sementara, dengan memanfaatkan Teori    Weierstrass    (Sundaram, 1996) kita  dapat   mengetahui apakah model optimisasi yang dibangun tersebut mempunyai solusi atau tidak. Teknik optimisasi ini sudah banyak diaplikasikan untuk suatu analisis dalam bidang ilmu ekonomi baik untuk mencari suatu pilihan strategi optimal untuk suatu periode tertentu (optimisasi statik) ataupun untuk   digunakan   mencari   sederetan   solusi   optimal   yang saling  terkait pada periode waktu   yang   berbeda-beda   (optimisasi   dinamik).   Selain   itu, metode optimasi ini juga berkembang ke arah mencari solusi tujuan ganda yang ingin dicapai dalam waktu yang bersamaan. (http://staff.ui.ac.id/)

3.      Kesimpulan
Perkembangan ilmu pengetahuan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa suatu disiplin ilmu dapat sangat tergantung pada disiplin  ilmu  yang    lain  dan   dalam saat  yang bersamaan,   batas   antara satu disiplin   ilmu   dengan   disiplin   ilmu yang   lain   makin  tidak jelas. Ke  depan, para ekonom dalam mengembangkan ilmunya   maupun perangkat analisisnya  perlu  juga  memperhatikan disiplin ilmu lain.




Daftar Pustaka

Anwar, Moh Arsjad, Aris Ananta, Ari Kuncoro (ed.), 1997. Widjojo Nitisastro 70 Tahun – Pembangunan        Nasional:   Teori,   Kebijakan,   dan   Pelaksanaan,     Fakultas    Ekonomi Universitas Indonesia.    Jakarta.

Kuper, Adam and Jessica Kuper, 2000. The Social Science Encyclopedia, Rajawali Pers. Jakarta.

http://jihadi.staff.umm.ac.id/files/2010/01/

http://staff.ui.ac.id/internal/130702173/material/PidatoPengukuhan.Nachrowi.Dec9.pdf



Related Posts

Post a Comment