KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas kuasa-Nya sehingga makalah yang sederhana ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.
Makalah ini membahas sekilas memberikan gambaran dan informasi singkat tentang keadaan Gorontalo. Semoga makalah ini juga dapat memberikan inspirasi guna dapat membentuk kemajuan daerah Gorontalo dimasa mendatang. Untuk itu pula kami berharap sumbang saran dan kritikan yang bersifat konstruktif terhadap penyusunan makalah ini.
Akhirnya, semoga segala perjuangan kita akan selalu diridhoi oleh Allah SWT. Amiin
Wassalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Boalemo, April 2009
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Sejarah Singkat Daerah Gorontalo
BAB II KONDISI UMUM DAERAH GORONTALO
A. Sistem Mata Pencaharian Hidup
B. Sistem Perkawinan
C. Sistem Kekerabatan
D. Sistem Religi
E. Sistem Pengetahuan
F. Sistem Bahasa
G. Sistem Kesenian
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
SEJARAH SINGKAT DAERAH GORONTALO
Menurut sejarah, Jazirah Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara.
Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara). Kedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango.
Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B.
Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut huukm adat etatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a".Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
Pohala'a Gorontalo
Pohala'a Limboto
Pohala'a Suwawa
Pohala'a Boalemo
Pohala'a Atinggola
Dengan hukum adat itu maka Gorontalo termasuk 19 wilayah adat di Indonesia Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol diantara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal. Asal usul nama Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain :
"Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi hulontalo.
Berasal dari " Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang Gowa yang berjalan lalu lalang.
Berasal dari " Hulontalangi" yang artinya lebih mulia.
Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan Gabus.
Berasal dari " Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat menunggu.
Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
Berasal dari " Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Jadi asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas kata "hulondalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya diucapkan dengan Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889 sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah " Rechtatreeks Bestur".
Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo lo pohalaa dibagi atas tiga Onder Afdeling yaitu :
Onder Afdeling Kwandang
Onder Afdeling Boalemo
Onder Afdeling Gorontalo
Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :
Distrik Kwandang
Distrik Limboto
Distrik Bone
Distrik Gorontalo
Distrik Boalemo
Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :
Afdeling Gorontalo
Afdeling Boalemo
Afdeling Buol
Sebelum kemerdekaan Republik , rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk. H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Hari Kemerdekaan Gorontalo " yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi bagian dari Indonesia
Selain itu pada saat pergolakan PRRI Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur.
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH GORONTALO
Gorontalo yang sekarang telah berdiri sebagai salah satu provinsi merupakan salah satu daerah yang turut berperan dalam perjuangan Negara Republik Indonesia yang dipimpin oleh Pahlawan Nasional Nani Wartabone, dimana pada tanggal 23 Januari 1942 telah mengibarkan bendera Merah Putih di Bumi Gorontalo sebagai wujud pernyataan kemerdekaan rakyat Gorontalo terhadap penjajah Belanda. Peristiwa inilah yang turut mengilhami segenap komponen masyarakat Gorontalo di seluruh Nusantara untuk mewujudkan berdirinya sebuah Provinsi baru yang diperjuangkan oleh Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Gorontalo-Tomini Raya (P4GTR), Presidium Nasional Pembentukan Provinsi Gorontalo-Tomini Raya (PRESNAS-P2GTR) dan Komite Pusat Pembentukan Provinsi Gorontalo-Tomini Raya (KP3GTR).
Alhamdulillah, cita-cita masyarakat dan warga Gorontalo terwujud dengan keluarnya UU nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo yang diikuti dengan peresmiannya pada tanggal 16 Februari 2001 oleh Menteri Dalam Neger dan Otonomi Daerah sekaligus melantik Drs. Hi. Tursandi Alwi, SH, MM sebagai Penjabat Gubernur Gorontalo. Sekarang Gorontalo dipimpin oleh Gubernur definitif yakni Ir. Hi. Fadel Muhammad yang telah banyak merubah wajah Gorontalo dari ketertinggalan ketika masih berada dibawah pemerintahan Sulawesi Utara. Sistem-sistem yang tumbuh telah dirubah dan diperbaharui tanpa meninggalkan sisi ketradisionalan yang sudah mengakar di daerah Gorontalo ini.
A. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Dilihat secara geografisnya Gorontalo diapit oleh dua wilayah yakni disebelah barat dengan Sulawesi Tengah dan disebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan disebelah utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini. Dengan luas wilayahnya 12.215,44 km2.
Mengenai mata pencaharian utama dari rakyat Gorontalo adalah berfokus pada pertanian. Salah satu komoditas unggulan Gorontalo baru saja dicanangkan pengembangannya. Seperti dikutip dari Gorontalo Post online, Wakil Gubernur Gorontalo Ir.Gusnar Ismail,MM secara resmi mencanangkan lokasi pengembangan cabe Malita FM di Desa Tunggulo Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Sabtu (11/4). Dengan dicanangkannya pengembangan cabe Malita FM, maka Provinsi Gorontalo kedepannya akan mempunyai dua komoditas unggulan, yaitu cabe dan jagung.
Langkah pengembangan komoditas cabe Malita FM ini merupakan salah satu terobosan Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Upaya peningkatan pendapatan petani ini sebelumnya telah diawali dengan pengembangan komoditi jagung. Yang mana setelah hampir enam tahun lamanya dikembangkan, jagung Gorontalo telah mampu menembus pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.
Selain itu pula, sebagian rakyat Gorontalo bermata pencaharian sebagai nelayan dan pegawai negeri.
Apalagi sekarang, daerah Gorontalo sudah mulai berkembang mata pencaharian baru yang sangat dirasa perkembangannya. Jalan-jalan raya bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa sudah mulai dipadati berbagai kendaraan di antaranya kendaraan beroda tiga yang oleh masyarakat Gorontalo dikenal dengan nama bentor atau becak motor. Kendati demikian, kehadiran bentor ini tak mengusik rasa tenteram dan tenang yang dimunculkan. Gorontalo adalah sebuah sejarah patriotisme walaupun dalam kenyataannya sangat sedikit masyarakat Indonesia yang memahami hal itu. Sedikit memang diungkap bahwa sejak masa kolonialisme hingga kini tema perjuangan dan semangat pembebasan begitu melekat di jantung masyarakat yang berdiam di ujung bagian utara Pulau Sulawesi.
B. Sistem Perkawinan
Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di Gorontalo sehingga mengatur segala kehidupan masyarakatnya dengan bersendikan Islam. Untuk itu ada semboyan yang selalu dipegang oleh masyrakat Gorontalo yaitu, ‘Adati hula hula Sareati – Sareati hula hula to Kitabullah’ yang artinya, Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah.
Termasuk adat pernikahan di Gorontalo yang sangat bernuansa Islami. Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut Upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah.
Tahapan pertama disebut Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua dari pria mendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan anak mereka. Apabila keduanya menyetujui, maka ditentukan waktu untuk melangsungkan Tolobalango atau peminangan.
Tolobalango adalah peminangan secara resmi yang dihadiri oleh pemangku adat Pembesar Negeri dan keluarga melalui juru bicara pihak keluarga pria (Lundthu Dulango Layio) dan juru bicara utusan keluarga wanita (Lundthu Dulango Walato). Penyampaian maksud peminangan dilantunkan melalui pantun-pantun yang indah. Dalam Peminangan Adat Gorontalo tidak menyebutkan biaya pernikahan (Tonelo) oleh pihak utusan keluarga calon pengantin pria, namun yang terpenting mengungkapkan Mahar (Maharu) dan penyampaian acara yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Pada waktu yang telah disepakati dalam acara Tolobalango maka prosesi selanjutnya adalah Depito Dutu (antar mahar) maupun antar harta yang terdiri dari 1 paket mahar, sebuah paket lengkap kosmetik tradisional Gorontalo dan kosmetik modern, ditambah seperangkat busana pengantin wanita, sirih Kutannya, serta bermacam buah-buahan dan dilonggato atau bumbu dapur.
Semua hantaran ini dimuat dalam sebuah kendaraan yang didekorasi menyerupai perahu yang disebut Kola-Kola. Arak-arakan hantaran ini dibawa dari rumah Yiladiya (kediaman/ rumah raja) calon pengantin pria menuju rumah Yiladiya pengantin wanita diringi dengan gendering adat dan kelompok Tinilo diiringi tabuhan rebana melantunkan lagu tradisional Gorontalo yang sudah turun temurun, yang berisi sanjungan, himbauan dan doa keselamatan dalam hidup berumah tangga dunia dan akhirat.
Pada malam sehari sebelum Akad Nikah digelar serangkaian acara Mopotilandthu (malam pertunangan). Acara ini diawali dengan Khatam Qur’an, proses in bermakna bahwa calon mempelai wanita telah menamatkan/ menyelesaikan ngajinya dengan membaca ‘Wadhuha’ sampai surat Lahab. Dilanjutkan dengan Molapi Saronde yaitu tarian yang dibawakan oleh calon mempelai pria dan ayah atau wali laki-laki. Tarian ini menggunakan sehelai selendang. Ayah dan calon mempelai pria secara bergantian menarikannya, sedangkan sang calon mempelai wanita memperhatikan dari kejauhan atau dari kamar.
Bagi calon mempelai pria ini merupakan sarana Molile Huali (menengok atau mengintip calon istrinya), dengan tarian ini calon mempelai pria mecuri-curi pandang untuk melihat calonnya. Saronde dimulai dengan ditandai pemukulan rebana diiringi dengan lagu Tulunani yang disusun syair-syairnya dalam bahasa Arab yang juga merupakan lantunan doa-doa untuk keselamatan.
Lalu sang calon mempelai wanita ditemani pendamping menampilkan tarian tradisional Tidi Daa tau Tidi Loilodiya. Tarian ini menggambarkan keberanian dan keyakinan menghadapi badai yang akan terjadi kelak biila berumah tangga. Usai menarikan Tarian Tidi, calon mempelai wanita dudukkembali ke pelaminan dan calon mempelai pria dan rombongan pemangku adat beserta keluarga kembali ke rumahnya.
Keesokan harinya Pemangku Adat melaksanakan Akad Nikah, sebagai acara puncak dimana kedua mempelai akan disatukan dalan ikatan pernikahan yang sah menurut Syariat Islam. Dengan cara setengah berjongkok mempelai pria dan penghulu mengikrarkan Ijab Kabul dan mas kawin yang telah disepakati kedua belah pihak keluarga. Acara ini selanjutnya ditutup dengan doa sebagai tanda syukur atas kelacaran acara penikahan ini.
C. Sistem Kekerabatan
Rakyat Gorontalo terdiri dari berbagai etnis yaitu Gorontalo, Bolaang Mongondow, Minahasa, Sangir, Jawa, Bugis dan etnis lainnya yang selalu hidup berdampingan secara rukun dan damai.
D. Sistem Religi
Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam (99 %). Islam masuk ke daerah ini sekitar abad ke-16. Ada kemungkinan Islam masuk ke Gorontalo sekitar tahun 1400 Masehi (abad XV), jauh sebelum wali songo di Pulau Jawa, yaitu ditandai dengan adanya makam seorang wali yang bernama ‘Ju Panggola’ di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, tepatnya di wilayah perbatasan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.
Pada waktu dulu di wilayah Gorontalo terdapat pemerintahan kerajaan yang bernapaskan Islam. Raja Kerajaan Gorontalo yang memeluk agama Islam adalah Sultan Amai (1550—1585), yang kemudiannya namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi agama Islam di Provinsi Gorontalo, STAIN Sultan Amai Gorontalo, yang kelak diharapkan menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) di Gorontalo.
Dengan adanya kerajaan-kerajaan pada masa lalu muncul kelas-kelas dalam masyarakat Gorontalo; kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan rakyat kebanyakan (tuangolipu), dan lapisan budak (wato). Perbedaan kelas ini semakin hilang seiring dengan semakin besarnya pengaruh ajaran Islam yang tidak mengenal kelas sosial. Namun, pandangan tinggi rendah dari satu pihak terhadap pihak lain masih terasakan sampai saat ini. Dasar pelapisan sosial seperti ini semakin bergeser oleh dasar lain yang baru, yaitu jabatan, gelar, pendidikan, dan kekayaan ekonomi.
Masjid Agung Baiturrahim yang terletak di pusat Kota Gorontalo dewasa ini merupakan masjid tertua yang dibangun di daerah ini. Masjid tersebut didirikan bersamaan dengan pembangunan Kota Gorontalo yang baru dipindahkan dari Dungingi ke Kota Gorontalo, tepatnya Kamis, 6 Syakban 1140 Hijriah atau 18 Maret 1728 M oleh Paduka Raja Botutihe. Belaiu adalah Kepala Pemerintahan Batato Lo Hulondalo atau Kerajaan Gorontalo pada waktu itu. Masjid Baiturrahim Kota Gorontalo adalah masjid yang tua di daerah Gorontalo. Masjid ini didirikan bertalian erat dengan perkembangan Pemerintahan adat di daerah Gorontalo.
Masjid Agung Baiturrahim telah mengalami beberapa kali renovasi. Tahun 1999 dalam masa jabatan Walikotamadya Tingkat II Gorontalo Drs. Hi. Medi Botutihe, masjid direnovasi total dengan menghabiskan biaya sekitar tiga milar rupiah. Kemudian penggunaan masjid ini diresmikan oleh Presiden Baharuddin Jusuf Habibie di Istana Merdeka, Rabu, 13 Oktober 1999 (3 Rajab 1420 H).
Sedangkan Masjid Agung Baiturrahman terletak di pusat Kota Limboto, ibu kota Kabupaten Gorontalo. Masjid terletak di samping Menara Keagungan Limboto, dan merupakan masjid terbesar di Kabupaten Gorontalo juga baru direnovasi sebagian. Juga berdirinya sebuah masjid megah yang berada di pusat Kabupaten Boalemo yakni masjid Baiturrahmah yang sekitar tahun 2006 diresmikan.
E. Sistem Pengetahuan
Kualitas sumberdaya manusia (SDM) salah satunya ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang. Biasanya semakin tinggi tingkat pendidikan yang diikuti, maka semakin berkualitas orang tersebut. Karena antara lainnya untuk mengukur kualitas SDM ini lewat pendidikan, maka orang-orang yang ingin kelihatan berkualitas yang sebenarnya tidak demikian, berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar, Profesor, Doktor dan sebagainya, walaupun tidak pernah duduk dibangku kuliah. Namun adapula yng tidak mempunyai gelar tetapi berkualitas seperti; Aristoteles, Copernicus, Thomas Alfa Edison dan sebagainya. Tetapi sayang, orang-orang seperti ini pada saat sekarang ini sangat langka ditemukan.
SDM merupakan salah satu modal dasar didalam membangun Provinsi Gorontalo. Mengapa demikian ? Karena pada dasarnya potensi sumberdaya alam (SDA) yang melimpah kalau tidak dikelola oleh SDM, maka potensi SDA tersebut selamanya hanya akan tetap menjadi potensi dan tidak akan menjadi SDA yang produktif. Mengingat pembangunan SDM merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kemajuan dan kemandirian Provinsi Gorontalo, maka perlu dibuat program yang terpadu, terencana, bertahap dan berkelanjutan yang ujung-ujungnya dalam jangka waktu tertentu akan dapat melahirkan sejumlah SDM yang berkualitas yang akan menjadi penggerak dan pelopor pembangunan serta pengembangan Provinsi Gorontalo dimasa yang akan datang. Antara lainnya dari program tersebut apabila dilahirkan SDM nya sarjana, maka benar-benar sarjana yang berkualitas, magister, benar-benar magister berkualitas. Doktor, benar-benar Doktor berkulitas. Bukan seperti di daerah lainnya di luar Provinsi Gorontalo sarjana, magister dan doktor yang diraih, hanya sekedar untuk mencapai gelar, gagahan, prestise, menakuti-nakuti orang, arogansi tetapi karya nyata untuk kemaslahatan umat nol besar, kecuali kesarjanaannya hanya berguna untuk maksud yang terselubung bagi kepentingan dirinya sendiri.
Bagaimana gambaran SDM di Provinsi Gorontalo ? menurut data statistik hasil suspenas tahun 2005, menunjukan bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk di Provinsi Gorontalo adalah tamat SD. Selanjutnya menurut daerah Kabupaten/kota, di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango rata-rata penduduk tidak tamat SD (Sekolah Dasar), sedangkan di Kota Gorontalo adalah tamat SD.
Tingkat pendidikan penduduk yang rata-rata SD tersebut ada relevansinya dengan mata pencaharian penduduk Provinsi Gorontalo yaitu sebanyak 57 % bekerja di sektor pertanian. Dalam kaitan dengan data tersebut apabila dihubungkan dengan kebiasaan tidur siang yang diprihatinkan para pengamat di Harian Gorontalo, hal ini dapat dipaparkan antara lainnya karena para petani (sebanyak 57 % mata pencaharian penduduk Provinsi Gorontalo) ini mulai melakukan aktifitas bekerja keras di sawah, di kebun dan sebagainya setelah selesai sholat Shubuh sampai dengan menjelang sholat Zhuhur. Selanjutnya setelah selesai Zhuhur, maka para petani istirahat siang (tidur) sampai dengan Ashar. Setelah Sholat Ashar mulai melakukan aktifitas lagi. Lebih lanjut tidur siang para petani ini berpengaruh nyata dengan toko-toko yang tutup disiang hari.
Penduduk Provinsi Gorontalo yang rata-rata berpendidikan SD ini, maka strategi apa yang akan diperbuat agar dapat didayagunakan untuk memajukan dan memandirikan Provinsi di masa mendatang ? Pekerjaan disektor pertanian yang dilakukan secara tradisional memang tidak begitu memerlukan pendidikan yang tinggi. Tetapi pertanian yang dilakukan secara modern untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi mensyaratkan pendidikan menengah dan tinggi. Demikian pula dengan sektor-sektor pekerjaan lainnya sangat membutuhkan tingkat pendidikan menengah dan tinggi. Mengingat hal tersebut maka yang mendesak untuk dilakukan adalah meningkatkan tingkat pendidikan penduduk.
Dalam kaitan dengan data tersebut di atas di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango tingkat pendidikan penduduk yang rata-rata tidak tamat SD, maka dicarikan solusinya. Kemungkinan hal ini disebabkan karena jarak lokasi SD berjauhan dengan lokasi rumah penduduk. Mengingat hal tersebut, maka gedung SD perlu didekatkan dengan rumah penduduk. Kemungkinan lainnya adalah motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya rendah karena anaknya membantu mencari nafkah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu peningkatan motivasi dari para orang tua agar menyekolahkan anaknya. Disamping perbaikan mata pencahariannya sehingga pendapatannya meningkat. Dari data BPS menunjukan bahwa ada 18.337 orang sarjana di Provinsi Gorontalo, maka para sarjana yang kemungkinan sebagian besar masih menganggur ini dapat didayagunakan untuk memotivasi para orang tua menyekolahkan anaknya dan memperbaiki mata pencaharian dari para orang tua tersebut. Pendayagunaan sarjana tersebut programnya dapat serupa SP3 ( Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan) Provinsi Gorontalo. Kalau program ini berhasil maka akan terjadi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga berpengaruh positif pada peningkatan Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Provinsi Gorontalo.
Selanjutnya dari data statistik tersebut di atas dimana tingkat pendidikan penduduk Provinsi Gorontalo yang rata-rata tamat SD tersebut perlu ditingkatkan pendidikannya ke sekolah menegah pertama dan atas. Data tersebut menunjukan bahwa penduduk Provinsi Gorontalo yang dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama adalah sebesar 69,52 % dan ke sekolah menengah atas sebesar 34,825 %. Selanjutnya menurut Kabupaten/Kota, di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Bone Bolango penduduk yang dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama sebesar 54,56 % dan sekolah menegah atas sebesar 24,73 %. Sedangkan di Kota Gorontalo penduduk yang dapat melanjutkan ke SLTP sebesar 84,48 % dan SLTA sebesar 44,92%.
Dari data tersebut di atas apabila permasalahannya adalah faktor jarak lokasi SLTP dan SLTA yang berjauhan dengan rumah penduduk dan faktor motivasi orang tua menyekolahkan anaknya yang rendah maka perlu upaya-upaya terobosan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Menjadi catatan penting yang perlu dipertimbangkan pula adalah di Provinsi Gorontalo membutuhkan lebih banyak SLTP kejuruan dan SLTA kejuruan (SMK) sehingga dengan demikian penduduk lebih siap untuk membuka lapangan kerja baru. Selain itu pula menjadi catatan penting lainnya adalah kualiatas dari para pendidik perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan sehingga para lulusan yang dihasilkan adalah benar-benar berkualitas sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
Demikian antara lainnya hal-hal yang menjadi catatan penting sebagai langkah Provinsi Gorontalo, mempersiapkan, mengatur, menata dan membina kembali peningkatan kualitas SDM nya yang menjadi penentu dan pelaku pembangunan di Provinsi terbungsu ini, sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama dapat mensejajarkan dirinya dengan Provinsi-Provinsi yang maju lainnya di Indonesia.
Hal ini semua memerlukan perhatian yang intensif, serius dan berkelanjutan dari semua pihak, masyarakat dan pemerintah. Dalam memperingati hari Pendidikan Nasional bagi Provinsi Gorontalo, 2 Mei 2009 ini, semoga menjadi tonggak dan batu loncatan dimana perhatian utama daerah ini lebih dicurahkan pada peningkatan kualitas SDM.
F. Sistem Bahasa
Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialek Gorontalo.
Penarikan garis keturunan yang berlaku di masyarakat Gorontalo adalah bilateral, garis ayah dan ibu. Seorang anak tidak boleh bergurau dengan ayahnya melainkan harus berlaku taat dan sopan. Sifat hubungan tersebut berlaku juga terhadap saudara laki-laki ayah dan ibu.
Menurut masyarakat Gorontalo, nenek moyang mereka bernama Hulontalangi, artinya ‘pengembara yang turun dari langit’. Tokoh ini berdiam di Gunung Tilongkabila. Kemudian dia menikah dengan salah seorang perempuan pendatang yang bernama Tilopudelo yang singgah dengan perahu ke tempat itu. Perahu tersebut berpenumpang delapan orang. Mereka inilah yang kemudian menurunkan orang Gorontalo, tepatnya yang menjadi cikal bakal masyarakat keturunan Gorontalo saat ini. Sejarawan Gorontalo pun cenderung sepakat tentang pendapat ini karena hingga saat ini ada kata bahasa Gorontalo, yakni 'Hulondalo' yang bermakna 'masyarakat, bahasa, atau wilayah Gorontalo'. Sebutan Hulontalangi kemudian berubah menjadi Hulontalo dan akhirnya menjadi Gorontalo.
G. Sistem Kesenian
Gorontalo sebagai salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi memiliki aneka ragam kesenian daerah, baik tari, lagu, alat musik tradisional, adat-istiadat, upacara keagamaan, rumah adat, dan pakaian adat. Tarian yang cukup terkenal di daerah ini antara lain, Tari Bunga, Tari Polopalo, Tari Danadana, Zamrah, dan Tari Langga. Sedangkan lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup dikenal oleh masyarakat Gorontalo adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat Kelahiranku), Ambikoko, Mayiledungga (Telah Tiba), Mokarawo (Membuat Kerawang), Tobulalo Lo Limuto (Di Danau Limboto), dan Binde Biluhuta (Sup Jagung).
Penyanyi-penyanyi asal daerah Gorontalo yang terkenal, antara lain, Rama Aipama, Silvia Lamusu, Lucky Datau, Hasbullah Ishak, Shanty T., dan Gustam Jusuf. Rama Aipama lahir di Gorontalo pada tanggal 17 September 1956, yang kemudian mencapai sukses besar dalam dunia tarik suara di Jakarta.
Alat musik tradisional yang dikenal di daerah Gorontalo adalah Polopalo, Bambu, dan Gambus (berasal dari Arab).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa gambaran yang kami uraikan diatas, kita dapat melihat secara garis besar kondisi umum Daerah Gorontalo mulai dari Sistem Mata Pencaharian Hidup, Sistem Perkawinan, Sistem Kekerabatan, Sistem Religi, Sistem Pengetahuan, Sistem Bahasa dan Sistem Kesenian
Demikian, semoga makalah ini menjadi informasi berharga bagi semua pihak.
B. SARAN
Kami menyarankan agar supaya kita dapat membangun Sumber Daya Manusia yang berhasil guna demi keberlangsungan dan pemberdayaan Sumber Daya Alam Gorontalo yang masih belum tergali secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Provinsi Gorontalo, Sekilas Tentang Provinsi Gorontalo, 2001
http://www.gorontalo-info.20megsfree.com/asb.html
http://yosefkoton.blogspot.com/2006/09/tingkat-pendidikan-penduduk-provinsi.html
http://www.mail-archive.com/gorontalomaju2020@yahoogroups.com/ msg02512.html
http://kulinerkita.multiply.com/photos/album/251/Gorontalo
http://gorontalo-online.com/?page id=5
http://asia.blogging.network.com/
http://id.shvoong.com/social-sciences/1747462-pernikahan-adat-gorontalo/
http://www.gorontalofamily.org/
dan dari berbagai sumber
dan terima kasih bagi yang telah dikutip sumbernya
Post a Comment
Post a Comment