Tingkah laku wajar
Masalah sosial yang dialami anak TK menurut guru dan orangtua pada dasarnya tergolong tingkah laku yang wajar, sebagai seorang anak yang sedang tumbuh dan berkembang, dan ingin menonjolkan sifat keakuannya, misalnya anak bertingkah laku berfikir dan berbicara tentang diri sendiri, menang sendiri, mengatur teman , merupakan perwujudan dari sifat Egocentrisme. Hampir semua anak kecil bersifat egocentrik dalam arti bahwa mereka cenderung berfikir dan berbicara tentang diri mereka sendiri. Apakah kecenderungan ini akan hilang, menetap atau akan berkembang semakin kuat bergantung pada tiga hal. Pertama seberapa kuat keinginan anak untuk diterima secara sosial, kedua pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku, dan ketiga kemampuan intelektual yang semakin berkembang yang memungkinkan pemahaman hubungan antara perilaku mereka dengan penerimaan sosial (Hurlock, 1978).
Tingkah laku yang potensial ke arah tingkah laku bermasalah
Bila tingkah laku anak yang “wajar” saat ini tidak mendapat bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa, terutama guru dan orangtua, tingkah laku tersebut potensial berkembang ke arah tingkah laku bermasalah, misalnya anak berfikir dan berbicara tentang dirinya sendiri, menang sendiri, sering berselisih pendapat dalam kelompok, menyepak dan memukul teman. Bila tingkah laku tersebut berkembang dalam diri anak ke arah yang negatif, akan berpotensi menjadi tingkah laku ber-masalah, misalnya anak menjadi orang yang tidak bisa menghargai hak orang lain, bertindak semena-mena terhadap orang lain dan main hakim sendiri.
Bila temuan penelitian dikaitkan dengan peri-laku remaja sekarang, misalnya “tawuran”, “narget anak SD”, “bolos”, dan bahkan telah menjurus pada perilaku amoral atau asusila, perilaku tersebut bersumber dari pola asuh negatif. Perilaku remaja yang lebih mementingkan diri sendiri, tidak mem-perhatikan kerugian orang lain merupakan perilaku yang jauh sekali dari sasaran pembentukan kepribadian yang dikehendaki.
Tingkah laku bermasalah
Tingkah laku anak TK menurut guru dan orangtua dapat dikategorikan sebagai tingkah laku bermasalah, karena mengganggu kegiatan kelas. Misalnya anak selalu mau menang sendiri, kalau tidak dituruti dia akan mengamuk, memukul dan menyepak temannya, kelas menjadi terganggu. Tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang menyimpang dari standar yang diterima secara umum, dan diperlukan teknik-teknik khusus untuk menanganinya (Detyen&Detyen, 1963). Beberapa teknik membimbing tingkah laku sosial anak kearah yang positif adalah memberikan kesem-patan kepada anak sebanyak mungkin untuk (1) membuat dan mengambil keputusan, serta memilih kegiatan yang sesuai dengan keinginanya, dan (2) memecahkan masalah dalam interaksi sosial seperti bagaimana cara mengajak teman dalam bermain (Barr, 1958). Tingkah laku anak dikatakan berma-salah, karena tingkah laku tersebut dapat meru-gikan diri anak baik masa sekarang, maupun masa yang akan datang. Suatu tingkah laku dikate-gorikan sebagai tingkah laku bermasalah, ditandai oleh tiga ciri-ciri, yaitu: (1) sesuatu yang tidak disukai adanya, (2) ingin segera dihilangkan (3) dan mendatangkan kesulitan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang (Prayitno, 1994).
Tingkah laku anak dikatakan sebagai tingkah laku bermasalah apabila memenuhi kategori sebagai berikut, yaitu: (1) konflik dengan orang lain, misalnya anak mengelami kesulitan berhu-bungan dengan orangtua, guru dan teman sebaya, (2) konflik dengan diri sendiri, (3) kurang infor-masi tentang diri, (4) kekurangan informasi tentang lingkungan, dan (5) masalah kurang keterampilan (Robert, 1997).
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, Nomor 11, Juli 2010, hlm.89 - 95
Post a Comment
Post a Comment