Pengertian Supervisi
Dilihat dari sudut etimologi “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision” yang masing- masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis supervisi berarti penglihatan dari atas. Istilah „melihat‟ dalam hubungannya dengan masalah supervisi bearti dengan “menilik”, “mengontrol”, “mengawasi”. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan (Subari, 1994 : 1).
Sedangkan dari segi istilah atau secara terminologi, telah banyak dirumuskan oleh para ahli tentang arti yang terkandung dalam istilah supervisi.
a. P. Adams dan Frank G, Dickey : Supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki hal belajar dan mengajar. Program itu dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas lainya) (Piet Sahertian, 1981: 18).
b. Dalam “Dictionary of Education”, Good Carter, memberi pengertian supervisi sebagai berikut (terjemahan bebas): Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainya, dalam memperbaiki pengajaran , termasuk menstimulir, mrnyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengejaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran (Piet Sahertian, 1981: 19).
c. Boardman: Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir, dan membimbing secara berlanjut pertumbuhan guru-guru baik secara pribadi maupun kelompok agar lebih memahami dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran (Subari,2008 : 5).
Dari pengertian diatas dapat dikemukakan tiga hal penting perlu dipahami dan diperhatikan bahwa :
a. Supervisi hanya merupakan dan sebatas pemberian bantuan, berarti mahasiswa calon guru sendiri yang harus menjadi pemeran utama dan aktif, sedangkan supervisor sebagai pemeran pembantu.
b. Supervisi berorientasi dan berfokus pada pengembangan dan peningkatan kemampuan profesional unjuk kerja mahasiswa calon guru.
c. Supervisi tidak menilai atau mencari kesalahan, tetapi untuk memperbaiki kelemahan/kekurangan, dan yang utama adalah untuk menumbuh kembangkan keterampilan-keterampilan baru sehingga memenuhi kualifikasi untuk menjadi guru profesional (Achsanuddin, 2011: 20).
Fungsi Supervisi
Ada bermacam-macam tanggapan tentang fungsi supervise sesuai dengan definisi yang telah dikemukakan, namun ada suatu general agreement bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditunjukkan kepada “perbaikan pengajaran”. Semakin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervise bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervise yang diberikan kepada guru-guru, menurut T.H Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. Disini nampak dengan jelas implikas perubahan-perubahan masyarakat yang membawa konsekuensi dalam cara mengatur langkah-langkah perbaikan pengajaran. (Sahertian piet1981: 25)
Perubahan masyarakat menentukan dimensi-dimensi baru terhadap fungsi supervisi. Hal itu jelas dalam suatu analisa fungsi supervisi menurut Swearingan sebagai berikut:
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
c. Memperluas pengalaman guru-guru
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
e. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
f. Menganalisa situasi belajar mengajar
g. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staff
h.Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru (Sahertian piet, 1981: 26)
Manfaat Dan Tujuan Supervise
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009)
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2008).
Post a Comment
Post a Comment