Tahap pertama (0-2 th), mulai muncul pertentangan di dalam diri anak antara kepercayaan. Ia mempelajari kepercayaan dasar, bahwa ada hubungan antara kebutuhan-kebutuhan si anak itu dengan lingkungan dekatnya.
Tahap kedua (2-4 th), tahap perasaan otonomi anak melawan perasaan malu yang juga tumbuh. Ia mulai berusaha makan sendiri, berjalan sendiri, berpakaian sendiri. Tugas orang tua adalah melepaskan si anak sedikit demi sedikit dalam batas-batas yang pantas.
Tahap ketiga (4-7 th), anak berinisiatif melawan perasaan bersalah. Seorang anak akan mulai menguji otonominya, ia mulai sadar bahwa setiap tindakan memiliki tujuan. Lalu ia berfantasi dengan cita-citanya, ia ingin seperti apa atau siapa kelak.
Tahap keempat (7-11 th), tahap keterampilan teknik, yang muncul bersamaan dengan rasa percaya diri atau rasa rendah diri, tergantung lingkungan pendidikan.
Tahap kelima (masa remaja), seorang remaja akan menghadapi krisis berkaitan dengan makin sadarnya seorang anak akan jati dirinya (identity) melawan kekaburan jati diri (identity diffusion). Selama periode ini jati diri si remaja berkembang sesuai pengarahan diri yang dilakukan pada masa kecilnya.
Tahap keenam (semi dewasa), muncul krisis dari tahap keintiman/mencintai melawan pengasingan, dalam berhubungan dengan pribadi lain. Keberhasilan pada masa ini akan bisa menjadi dasar bagi tumbuhnya kehidupan sosial dan keluarga yang lebih harmonis.
Tahap ketujuh (dewasa), muncul krisis yang terjadi ketika kemampuan menghasilkan (generativy) melawan keasikan diri (self-absorption). Pada masa ini seseorang melihat hidupnya dalam hubungan dengan generasi mendatang.
Tahap kedelapan (usia tua), krisis pada tahap ini muncul ketika kesadaran akan integritas melawan keputusasaan. Pada masa ini seseorang mulai merasa harus mempertanggungjawabkan semua segi dari kehidupan pada masa lampaunya.
Post a Comment
Post a Comment