1. MODEL PENGEMBANGAN EGO
Tujuan :
Membantu peserta didik melewati masa krisis dan menemukan jati dirinya dan bertanggung jawab terhadap suatu pilihan.
Praktik:
Untuk masa awal kanak-kanak pembelajaran terbaik adalah dalam bentuk permainan yang dapat memperkuat ego. Tugas guru/fasilitator pelatihan pada tahap ini adalah mengenali tahap pertumbuhan emosional anak.
Untuk masa pertengahan kanak-kanak adalah memberikan berbagai ragam peralatan dan sarana lain dengan tujuan mengembangkan kerajinan dan kecakapan sesuai dengan keinginan dan minat peserta didik. Tugas guru/fasilitator pelatihan yaitu menjamin semua berjalan alamiah tanpa tekanan.
Pada masa remaja ada dua konsep, pertama, peserta didik diminta untuk membahas berbagai ideologi, nilai-nilai, pandangan dunia yang hidup pada suatu masyarakat. Lalu peserta didik diminta memilih nilai-nilai yang dikehendakinya (masa pemihakan ideologi). Kedua, peserta didik diminta memilih peran yang cocok dengan dirinya. Peserta didik diberi waktu untuk bergabung dengan perusahaan, lembaga dan institusi sesuai profesi yang dipilih. Tugas guru/fasilitator pelatihan menyediakan sarana yang diperlukan peserta didik untk mempermudah peserta didik dalam memilih secara tepat, tanpa mempengaruhi pilihan peserta didik.
Peranan Guru/Fasilitator Pelatihan :
Secara umum guru/fasilitator harus bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pembelajaran dan memberi contoh bagaimana mempertanggungjawabkan pilihan secara konsisten.
Tokoh :
Model yang dikembangkan oleh Erikson ini merupakan perpaduan integral dari teori perkembangan kognitif dari Piaget, teori pertumbuhan emosional Erikson dan teori perkembangan moral Kohlberg.
2. MODEL PEMECAHAN MASALAH REMAJA
Tujuan :
Mencapai kemandirian peserta didik dalam belajar, menolong peserta didik agar mampu mendengar ide dan perasaan orang lain, memahami dirinya sendiri dan mampu merumuskan filosofi pribadi.
Praktik Kelas :
Diberikan dalam bentuk mata pelajaran dengan tema utama riwayat pribadi siapa peserta didik pada masa kecil dahulu, siapa sekarang dan nanti akan menjadi siapa? Untuk itu peserta didik diminta mempelajari teori perkembangan karya Piaget, Erikson, Kohlberg dan lainnya. Peserta didik juga harap membaca berbagai novel dan otobiografi tokoh pada masa remaja atau menonton film-film sejenis dan mendiskusikan hasilnya. Kegiatan laborat perlu dikembangkan, seperti pembuatan film otobiografi yang berhubungan dengan masa remaja, mengajar anak SD di perkampungan, menjadi sukarelawan di Rumah Sakit Umum, rumah yatim, kegiatan seni gambar, teater, tari, pembentukan kelompok kritik diri, pengembangan kepekaan diri, seminar, kegiatan penyuluhan, dan kegiatan lain yang dipilih peserta didik dalam kaitannya dengan lembaga sosial, ilmu dan perusahaan.
Peranan Guru/Fasilitator Pelatihan :
Mendampingi dan ikut bekerja dalam suatu kelompok. Guru/fasilitator harus mempunyai pengetahuan kerja tentang pengembangan manusia sehingga mampu menghubungkan antara pengalaman laboratorium dan pengembangan manusia. Guru/fasilitator pelatihan juga perlu kecakapan khusus, seperti mengungkapkan rasa empati (peduli teman), kesungguhan dan respek.
Kegiatan tersebut dilakukan dalam bentuk tim, Waktu bagi peserta didik 2/3 dari waktu yang disediakan, sedangkan 1/3 nya dipergunakan guru/fasilitator pelatihan untuk menjelaskan bagaimana kegiatan itu dilakukan.
Tokoh :
Model ini hasil riset dari Ralph Mosher dan Norman/Sprinthall.
3. MODEL MEMBANGUN JATI DIRI
Dalam perspektif psikososial ada 4 tahap perkembangan yang dialami anak hingga masa remajanya yaitu (1) masa penjelajahan awal (2) masa ketergantungan terstruktur (3) masa kemandirian terstruktur (4) masa kemandirian jelajah.
Tujuan :
Merealisasikan identitas pribadi dan kemandirian peserta didik dan mampu memahami suatu konsep tertentu yang berkaitan dengan tahap perkembangannya, seperti konsep sebab akibat.
Praktik Kelas :
Sampai dengan tahap ketergantungan terstruktur, kelas dirancang untuk meningkatkan perasaan dan kesadaran diri. Satu tema yang terpilih diberikan dalam bentuk unit pelajaran dengan metode tanya jawab, lagu, gambar, permainan peran, dan lainnya. Lalu guru/fasilitator pelatihan memberi komentar terhadap motif dan karakter peran yang sudah peserta didik mainkan dan mengapa demikian.
Pada tahap kemandirian terstrukutr peserta didik diharapkan mampu menyelami hukum sosial sebab akibat. Peserta didik diminta bermain peran dalam suatu topik dan mendiskusikan makna dibalik permainan itu.
Peranan Guru/Fasilitator Pelatihan :
Guru/fasilitator harus mampu memahami tahap perkembangan anak-anak. Berdasarkan pemahaman itu, guru/fasilitator lalu memilih kegiatan yang sesuai dengan ciri-ciri setiap tahap perkembangan anak. Guru/fasilitator pelatihan perlu mengevaluasi tingkat efektivitas kurikulum dengan kebutuhan psikososial anak.
Tokoh :
Model ini dikembangkan oleh Alan Hoffman dan Thomas Ryan dalam buku mereka ”Sosial Studies and the Child” dan ”Expanding Self”.
4. MODEL PEMECAHAN HAMBATAN MORAL
Lawrence Kohlberg menjelaskan tahap-tahap perkembangan moral individu yaitu (1) tahap pra-pembiasaan berpikir hitam putih (2) tahap pembiasaan berpikir berdasarkan kelompok (3) tahap pasca pembiasaan berpikir mandiri.
Tujuan :
Menghindari hambatan pada tiap tahap perkembangan dan supaya peserta didik memperoleh kemampuan berpikir post-konvensional atau universal.
Praktik Kelas :
Mengikutsertakan anak/peserta didik dalam pilihan moral terhadap suatu kasus yang tidak ada pilihan jawaban ”yang benar”. Persoalan yang dilematis. Contoh tindakan apa yang harus diambil dokter jika ada pasien minta disuntik mati karena sakit yang tidak bisa disembuhkan. Guru/fasilitator pelatihan mengidentifikasi tingkat perkembangan rata-rata peserta didik lalu menyebutkan tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan dokter. Lalu peserta didik dibiarkan memilih jawaban yang sesuai dengan pertimbangannya.
Peranan Guru/Fasilitator Pelatihan :
Fungsi guru/fasilitator adalah merangsang pengembangan moral peserta didik. Guru/fasilitator tidak seharusya berusaha mempercepat tahap perkembangn moral peserta didik. Yang penting guru/fasilitator berusaha mencegah terhambatnya pencapaian tahap-tahap perkembangan moral tersebut. Guru/fasilitator pelatihan hendaknya bersikap ramah, hangat dan memberi dukungan agar tercipta suasana terbuka sehingga ide-ide bisa diungkapkan.
Tokoh :
Model ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg.
Cerdas di Kelas SEKOLAH KEPRIBADIAN, Penulis : John P. Miller
Post a Comment
Post a Comment