"Anak-anak tidak perlu minuman energi," kata Holly Benjamin dari American Academy of Pediatrics. "Minuman itu mengandung zat kafein dan stimulan lainnya yang tidak bergizi, sehingga Anda tidak membutuhkan minuman-minuman jenis itu."
Menurut benjamin, anak-anak kemungkinan akan lebih rentan terkena efek samping minuman berenergi ketimbang orang dewasa. "Jika Anda mengonsumsi minuman berenergi secara teratur, itu bisa menekan tubuh Anda. Anda pastinya tidak ingin melihat pertumbuhan tubuh anak Anda terganggu," katanya.
Dalam jurnal yang diterbitkan Pediatrics, para peneliti sebelumnya menyatakan bahwa minuman berenergi dan minuman olahraga tidak mengandung stimulan. Menurut mereka, minuman energi mengandung tumpukan zat, termasuk vitamin dan ekstrak herbal, dengan efek samping yang belum dipahami dengan baik.
Meskipun belum ada banyak kasus terkait minuman tersebut, stimulan yang ditemukan diduga dapat mengganggu irama jantung dan dapat menyebabkan kejang pada kasus-kasus tertentu. Awal tahun ini, para dokter anak di Florida memublikasikan tinjauan literatur lain pada minuman energi.
Para dokter itu menjelaskan, adanya kejang, delusi, masalah jantung, dan ginjal atau kerusakan hati, pada orang yang sudah meminum satu atau lebih minuman berenergi nonalkohol. Sejumlah merek minuman disebutkan para peneliti, di antaranya Red Bull, Spike Shooter, dan Redline.
Walaupun mereka mengakui bahwa kasus-kasus semacam itu sangat langka dan tidak dapat meyakinkan hubungan langsung dengan minuman, mereka merekomendasikan agar berhati-hati. Terutama, anak-anak dengan kondisi medis tertentu.
Menurut Benjamin, air putih merupakan jalan terbaik untuk memuaskan dahaga bagi anak-anak. Jika seorang atlet muda, minuman olahraga kemungkinan bisa membantu juga, karena mengandung gula. Tetapi, bagi anak-anak yang cenderung tidak aktif, minuman olahraga dan energi hanya berefek menambah berat badan dan memicu epidemi obesitas nasional.
Liputan6.com
Post a Comment
Post a Comment