4. ALIRAN REKONSTRUKSIONALISME
Pada dasarnya aliran
rekonstruksionalisme adalah sepaham dengan aliran perennialisme dalam hendak
mengatasi kritis kehidupan modern. Hanya saja jalan yang ditempuhnya berada
dengan apa yang dipakai oleh perennilalisme, tetapi sesuai dengan istilah yang
dikandugnya, yaitu berusaha membina suatu konsesus yang paling luas dan paling
mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia – restore to
the original form.
Untuk mencapai tujuan itu,
rekonstruksionalisme berusaha mencari kesepakatn semua orang mengenai tujuan
utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru
seluruh lingkungannya. Maka melalui lembaga dan proses pendidikan,
rekonstruksionalisme ingin “merombak tata susunan lama, dan membangun tata
susuanan hidup kebudayaan yang sama sekali baru” Di sini nampak ada kesamaan
dengan Dewey dalam “education as recontruction”.
Dalam rangka menwujudkan cita-cita pendidikan yang dimaksud di atas, diperlukan adanya kerja sama semua bangsa-bangsa. Para penganut aliran rekonstruksionalisme berkeyakinan bahwa bangsa-bangsa di dunia mempunyai hasrat yang sama untuk menciptakan satu dunia baru, dengan satu kebudayaan baru di bawah satu kedaulatan dunia, dalam pengawasan mayoritas umat manusia. Barangkali pikiran-pikiran rekonstruksionalisme inilah yang kemudian menjiwai pandangan pemuka-pemuka dunia, seperti yang terumuskan dalam North – south: A Program For Survivat (The Report of the Independent Commission on International Development Issues under the Chairmanship of Willy Brandit – Dialog Utara Selatan komisi Willy Brandit dalam rangka menciptakan kelestarian dunia) dan No limits to Learning: Bridging The Human Gap (A Report to the Club of Rome-Diskusi kelompok Roma dalam rangka menaggulangi kesenjangan yang melanda kehidupan umat manusia dewasa ini).
Post a Comment
Post a Comment