BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih
didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta
yang harus dihapal. Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan Kurikulum 2013
menekankan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific approach)
karena pembelajaran ini sangat sesuai dengan teori pembelajaran konstruksivisme
dan melalui scientific approach ini dapat meningkatkan keterampilan-keterampilan
proses sains pada siswa antara lain mengamati, menanya, menalar, mencoba
(melakukan eksperimen) dan membentuk jejaring berkomunikasi (Hala dkk, 2015).
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara memperbaiki proses pembelajaran. Pembelajarnya pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, oleh karena itu guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keterampilan dan sikap terbuka dalam proses belajar mengajar. Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakan menyenangkan dan berpusat pada siswa, siswa harus antusias mengacungkan tangan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, memberikan pendapat, bertukar informasi sehingga proses belajar mengajar berlangsung baik.
Tersediannya perangkat pembelajaran yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Perangkat pembelajaran memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Perangkat pembelajaran memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, yang sangat penting dilakukan sekarang ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran, dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang menarik dalam hal ini model pembelajaran learning cycle (siklus belajar). Model
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
pebelajar (student centered). Model Learning Cycle merupakan
rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar
dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran
dengan jalan berperanan aktif (Kulsum & Hindarto, 2011). Learning cycle
(siklus belajar) merupakan model pembelajaran yang baik untuk digunakan dalam
belajar, karena learning cycle (siklus belajar) ini membuat siswa aktif dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak akan bosan dalam belajar.
Salah satu
materi yang diajarkan oleh guru untuk siswa adalah materi sistem gerak manusia.
Sistem gerak manusia adalah materi yang diajarkan untuk siswa kelas XI. Materi
sistem gerak manusia harus memerlukan antusias siswa dalam belajar Karena materi
ini merupakan materi yang konkrit sehingga memerlukan antusias siswa agar dapat
mengusai konsep materi yang diajarkan.
Menurut Bundu
dalam Arisanti dkk (2016) siswa yang dianggap telah mengusai konsep adalah
siswa yang dapat memberikan tanggapan terhadap pertanyaan/rangsangaan yang
bervariasi pada kelompok atau kategori yang sama. Penguasaan konsep merupakan
kemampuan siswa dalam memahami IPA secara ilmiah, baik konsep secara teori
maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di Sekolah SMA
................ bahwa pembelajaran cenderung berpusat pada guru karena
kurangnya model pembelajaran yang digunakan sehingga siswa kurang antusias
dalam belajar dan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang baik. Pembelajaran yang digunakan cenderung hanya
menggunakan satu model pembelajaran sehingga siswa cenderung merasa bosan
karena kurangnya model pembelajaran yang digunakan dan berdampak buruk bagi
nilai yang dihasilkan siswa. Rata-rata nilai siswa yang diperoleh hanya di
bawah standar nilai yaitu berkisar antara 60-70.
Berdasarkan
uraian diatas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pengembangan
perangkat pembelajaran berorientasi pada model pembelajaran Learning Cycle
(siklus belajar) untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi sistem
gerak manusia di SMA ................”.
1.2
Rumusan
masalah
1. Bagaimana
validitas perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning
Cycle” pada materi sistem gerak untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA
?
2. Bagaimana
kepraktisan perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning Cycle”
untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA.
(a) Bagaimana
keterlaksanaan pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning Cycle”
pada materi sistem gerak manusia untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa SMA ?
(b) Bagaimana
aktivitas siswa pada pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning Cycle”
pada materi sistem gerak manusia untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa SMA ?
3. Bagaimana
keefektifan perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning Cycle”
pada materi sistem gerak untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA?
(a) Bagaimana
penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning
Cycle” pada materi sistem gerak manusia di SMA ?
(b) Bagaimana
respon siswa pada pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning Cycle”
pada materi sistem gerak manusia untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa SMA ?
1.1
Tujuan
Penelitian
1) Mendeskripsikan
validitas perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran “Learning Cycle”
untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi sistem gerak manusia
2) Mendeskripsikan
kepraktisan perangkat pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning
Cycle” untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA.
(a) Mendeskripsikan
keterlaksanaan pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning Cycle”
pada materi sistem gerak manusia untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa SMA
(b) Mendeskripsikan
aktivitas siswa pada pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning
Cycle” pada materi sistem gerak manusia untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa SMA
3) Mengetahui
keefektifan perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran “Learning Cycle”
untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa
pada materi sistem gerak manusia ditinjau dari hasil belajar dan respon
siswa
(a) Mengetahui
hasil belajar siswa melalui pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning
Cycle” pada materi sistem gerak manusia untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa SMA
(b) Mengetahui
respon siswa pada pembelajaran berorientasi model pembelajaran “Learning Cycle”
pada materi sistem gerak manusia untuk meningkatkan penguasaan konsep
siswa SMA
1.3
Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah :
a. Bagi
guru menambah pengetahuan tentang model learning sysce (siklus belajar)
b. Bagi
siswa dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat
c. Bagi
peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan serta mendapatkan pemecahan masalah
pembelajaran
d. Bagi
sekolah dapat dijadikan pedoman dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran
yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1
Perangkat pembelajaran
Perangkat
pembelajaran adalah suatu komponen yang dimiliki oleh guru untuk digunakan
dalam pembelajaran. Dengan adanya perangkat pembelajaran ini guru lebih mudah
untuk mengajar. Tersediannya perangkat pembelajaran
yang baik diperlukan agar guru dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran terdiri
dari silabus, rencana proses pembelajaran (RPP), lembar kerja peserta didik
(LKPD).
Tersedianya
perangkat pembelajaran yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang dapat
menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu
pendidikan ( Syafiuddin dkk, 2017).
Perangkat pembelajaran dikatakan valid,
berarti perangkat tersebut layak untuk digunakan. Dalam hal ini validitas
perangkat pembelajaran ditinjau dari validitas isi dan validitas konstruknya.
Validitas isi menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan
didasarkan atas rasional teoritik. Hal ini berarti dalam pengembangannya
didasarkan atas teoriteori yang digunakan sebagai pedoman dalam merumuskan dan
menyusun perangkat pembelajaran. Validitas konstruk menunjukkan keterkaitan
antar komponen-komponen dalam perangkat pembelajaran. Untuk melihat validitas konstruk,
dimintakan pendapat para ahli. Validitas perangkat pembelajaran diperoleh
melalui lembar validasi. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan
praktis apabila mudah dan dapat dilaksanakan oleh guru dan siswa. Kepraktisan
perangkat pembelajaran diperoleh melalui lembar keterlaksanaan, angket respons
siswa, dan angket respons guru terhadap keterlaksanaan perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif, berarti perangkat pembelajaran
tersebut telah mencapai sasaran yang diharapkan. Keefektivan perangkat
pembelajaran diukur berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan (Mertayasa, 2012).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran adalah salah satu komponen yang dipesiapkan oleh tenaga
didik sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Selain itu perangkat yang harus
dimiliki jika dikatakan valid, praktis dan efektif. Perangkat pembelajaran
terdiri dari silabus, rencana proses pembelajaran, lembar kerja peserta didik
(LKP), bahan ajar dan instrument evaluasi atau penilaian hasil belajar peserta
didik.
2.1.1
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih KD yang ditetapkan dalam
standar isi dan dijabarkan pada silabus. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Berdasarkan RPP ini
diharapkan dapat menerapkan pembelajaran secara 13 terprogram dan sistematis (Dewi,
2013)
Beberapa prinsip
penyusunan RPP ialah: (1) memperhatikan perbedaan individu peserta didik; (2)
mendorong partisipasi aktif peserta didik; (3) mengembangkan budaya membaca dan
menulis; (4) memberikan umpan balik dan tindak lanjut; (5) keterkaitan dan
keterpaduan, dan (6) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (Akbar,
2013).
Menurut
pendapat tersebut disimpulkan, Rencana Proses Pembelajaran (RPP) adalah paduan
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang
berisi scenario kegiatan dengan berpedoman pada tujuan pembelajaran. Dengan
adanya rencana proses pembelajaran maka pembelajaran akan berlangsung dengan
baik dan lebih terarah.
2.1.2
Lembar
Kerja Peserta Didik
Lembar kegiatan peserta didik merupakan
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
(Depdiknas dalam Yunus & Alam, 2014).
Lembar kegiatan peserta didik akan
memuat paling tidak judul, kompetensi dasar dan indicator yang akan dicapai,
waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,
informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang
harus dikerjakan (Yunus & Alam, 2014).
Menurut pendapat tersebut disimpulkan, Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah sekumpulan
kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik dalam memaksimalkan pemahaman
yang dikemas dalam paduan atau langkah-langkah penyelesaian tugas berupa teori
atau paraktik (eksperimen ataupun demontrasi) yang dilengkapi dengan penyediaan
media belajar pada setiap kegiatan eksperimen sehingga peserta didik
mendapatkan pengalaman nyata tanpa harus menghayal. Lembar kegiatan peserta
didik ini berisi tentang apa yang akan dilakukan oleh siswa sehingga siswa
lebih mengerti apa yang akan dikerjakan.
2.1.3
Tes
Tes merupakan suatu alat ukur yang disusun
untuk mengukur hasil kemampuan siswa dalam belajar. Tes terdiri dari bentuk tes
objektif dan bentuk tes uraian.
Bentuk tes objektif dan bentuk tes
uraian masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Bentuk tes uraian,
memberikan kebebasan kepada setiap penempuh tes untuk mengekspresikan daya
nalarnya, sehingga jawaban yang diberikan oleh setiap penempuh tes akan
menunjukkan kemampuan berpikir secara kompleks. Namun demikian ada beberapa
kelemahan bentuk tes uraian. Berbeda dengan bentuk tes uraian, bentuk tes
objektif lebih praktis dalam penskorannya. Pada bentuk tes objektif siapa pun
yang memeriksa akan memberikan skor yang sama (Susongko, 2010).
2.1
Pengertian Model Pembelajaran
Model
pembelajaran merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa
secara optimal. Model pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh penting
terhadap kemampuan berpikir siswa. Selain itu juga, model pembelajaran yang
digunakan harus sesuai dengan materi yang akan di belajarkan agar siswa dapat memahami
dengan baik materi tersebut.
Model pembelajaran merupakan suatu
strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas, pemahaman konsep,
motivasi, dan kreativitas peserta didik, serta mampu melibatkan peserta didik
pada saat proses pembelajaran berlangsung (Rejeki dkk, 2015).
Model pembelajaran dapat dikatakan
sebagai bingkai dari pendekatan, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Apa
yang dilakukan oleh guru dan siswa terangkum dalam model pembelajaran. Guru
harus memahami dan mempersiapkan dengan baik model yang akan digunakan dalam
pembelajaran supaya proses pembelajaran berjalan sesuai harapan.
2.2
Model Pembelajaran Learning sycle (siklus belajar)
2.2.1
Pengerian Model Pembelajaran Learning sycle (siklus belajar)
Model Learning
Cycle merupakan suatu model yang dapat meningkatkan keaktifan siswa melalui
tahapan-tahapan yang dibuat dengan baik.
Model learning cycle (siklus belajar) ini mempunyai tujuan yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dan
pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif mempelajari materi
secara bermakna dengan bekerja dan berfikir baik secara individu maupun
kelompok, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran (Fitriani dkk, 2016).
Menurut Lorsbach dalam Ngalimun (2017)
LC tiga fase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 dan 6
fase. Pada LC 5 fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan
ditambahkan pula pada tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model
ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing
diistilahkan menjadi explanation dan elaboration. Karena itu LC 5 fase sering
dijuluki LC 5E (Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration, dan
Evalution).
Implementasi learning
cycle dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yakni
mengelola berlangsungnya fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama pengembangan
perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian
Pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) sampai evaluasi.
Efektifitas implementasi learning cycle biasanya diukur melalui observasi
proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut
ternyata belum memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya dan pelaksanaannya
harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya dengan cara mengantisipasi kelemahan
siklus sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan (Rahman, 2012).
Model Learning cycle (siklus belajar)
dapat membantu siswa untuk aktif di dalam kelas karena Learning sycle (siklus
belajar) ini melibatkan semua siswa
untuk belajar karena seluruh siswa memberikan partisipasi sehingga seluruh siswa
aktif dalam pembelajaran. Model Learning sycle (siklus belajar) dapat digunakan
untuk melihat hasil belajar siswa dan juga dapat meningkatkan proses belajar di
dalam kelas.
Menurut Brown & Abel dalam Rejeki
(2015) Model learning cycle (siklus
belajar) membantu peserta didik memahami ide-ide ilmiah,
meningkatkan penalaran ilmiah mereka, dan meningkatkan keterlibatan mereka
dalam kelas sains.
Menurut pendapat tersebut disimpulkan
model Learning Cycle (siklus belajar) merupakan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar karena pembelajaran mengunakan tahapan-tahapan
sehingga siswa lebih terarah dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
2.2.2 Langkah-langkah
Model Pembelajaran Learning sycle
(siklus belajar)
Fase atau Tahap |
Perilaku Guru |
1.
fase Engagement (Tahap Pelibatan) |
Guru
berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity)
siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari
(yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan
memberikan respons atau jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan
pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok
bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada atau tidaknya
kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan
atau perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topic pembelajaran
yang akan dibahas. |
2. Fase
Exploration (Tahap Penyelidikan) |
Guru
membentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-4 siswa dan memberi kesempatan
untuk bekerja sama. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis
dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman
sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat
yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator. |
3. fase
Explaination (Tahap Penjelasan) |
Guru
dituntut mendorong siswa berdiskusi dengan kelompok untuk menjelaskan suatu konsep
dengan kalimat atau pemikiran sendiri. Kelompok itu, diminta untuk memberi
penjelasan dengan bukti-bukti. Ketika siswa berdiskusi dengan kelompok, guru
berperan sebagai pembimbing dan pengarah dalam diskusi kelas untuk mengambil kesimpulan. |
4. fase
Elaboration (Tahap Penggalian) |
Siswa
menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru
atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara
bermakna karena telah dapat menerapkan atau mengaplikasikan konsep yang baru
dipelajarinya dalam situasi baru. |
5. fase
Evaluation (Tahap Evaluasi) |
siswa
dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan petanyaan terbuka dan mencari
jawaban dengan menggunakan observasi, bukti dan penjelasan yang diperoleh
sebelumnya. |
(Wena dalam Sutianti, 2014)
2.2.3 Kelebihan dan
kekurangan model Learning Cycle (Siklus belajar)
Menurut Ngalimun (2017)
kelebihan dan kekurangan Learning cycle (siklus belajar) sebagai berikut :
a) Kelebihan
1. Meningkatkan
motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran
2. Membantu
mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
3. Pembelajaran
menjadi lebih bermakna
b) Kekurangan
1. Efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran
2. Menuntut
kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran
3. Memerlukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4. Memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran
2.3 Hakikat Penguasaan
Konsep
2.3.1 Pengertian Konsep
Konsep adalah kategori
pengalaman yang diawali dari pengalaman terhadap fakta yang dirumuskan dalam
bentuk ungkapan kemudian diproses dengan persepsi, penalaran induktif dan
kepenemuan (Zubaedah, 2010).
Konsep sangat diperlukan dalam
pembelajaran. Dengan adanya konsep siswa lebih memahami apa yang akan
dipelajari. Jika sesorang telah memahami konsep maka ia dapat menjelaskan suatu
peristiwa dengan tujuan dapat memudahkan manusia untuk berpikir lebih baik.
2.3.2 Pengusaan Konsep
Pengusaan konsep merupakan kemampuan
siswa dalam menguasai materi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pengusaan konsep ini siswa sudah mampu memahami dan mengusai materi yang telah dipelajari
sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Siswa dikatakan telah mengusai
konsep dilihat dari teori dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, jika teori
dan penerapan dilakukan secara baik maka siswa tersebut bias dikatakan telah
mengusai konsep.
Untuk mengukur proses kognitif siswa,
adapun kategori-kategori dalam dimensi proses kognitif siswa yaitu; (1)
Mengingat, mengambil kembali pengetahuan dari memori jangka panjang. Aspek ini
mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari
yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. (2) Memahami, mengkonstruksi
makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan
digambar oleh guru. (3) Mengaplikasikan, menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur dalam keadaan tertentu. (4) Menganalisis, memecah-mecah materi jadi
bagian-bagian penyusunannya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu
dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur dan tujuan.
(5) Mengevaluasi, mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.
(6) Mencipta, memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dari
koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal (Arisanti dkk, 2016).
2.4 Sistem Gerak
Gerak
merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Hewan berbeda dengan tumbuhan karena
kemampuannya untuk bergerak dengan cepat, dan gerak cepat pada hewan sering
dihubungkan dengan adanya otot. Tumbuhan dapat memperlihatkan gerak, tetapi
gerak ini biasanya merupakan akibat dari tekanan turgor atau pertumbuhan. Ada
tiga mekanisme dasar yang dapat menimbulkan gerak pada hewan, yaitu gerak
ameboid, gerak silia dan flagella serta kontraksi otot (Soewolo, 2000).
Fungsi
dari system gerak atau system rangka yaitu :
1. Penopang
dan pembentuk dasar tubuh manusia
2. Alat
gerak pasif
3. Tempat
melekatnya otot rangka
4. Melindungi
organ-organ internal
5. Menyimpan
kalsium dan bahan mineral lain
6. Tempat
pembentukkan sel darah
7. Tempat
penyimpanan sumsum tulang merah (red bone marrow) dan sumsum tulang kuning
(yellow bone marrow)
(Kirnantoro dan
maryana, 2017).
Sistem
gerak atau sistem rangka manusia terdiri
dari tulang dan otot.
a) Tulang
Jumlah tulang
dalam sistem skeletal manusia adalah sekitar 206 buah tulang yang saling
berhubungan satu sama lain, dan dibagi dalam beberapa bagian, yakni:
·
8 buah tulang kepala
(tengkorak)
·
14 buah tulang wajah
·
6 buah tulang telinga
dalam
·
1 buah tulang lidah
·
25 buah tulang
pembentuk kerangka dada
·
26 buah tulang
pembentuk tulang belakang dan gelang pinggul
·
64 buah tulang anggota
gerak atas
·
62 buah tulang anggota
bawah
(Kirnanto &
maryana, 2017)
Pertumbuhan
tulang dipengaruhi hormone dan mineral. Tulang mencapai kematangannya setelah
pubertas. Pertumbuhan tulang secara seimbang hanya terjadi hingga sesorang
mencapai usia 35 tahun, setelah itu tulang akan mengalami percepatan
reabsorpsi. Hal ini mengakibatkan penurunan massa tulang sehingga rentan patah
(Kirnanto & maryana, 2017).
b) Otot
Otot
pada vertebrata dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. Otot
Rangka
Otot rangka
disebut juga otot lurik atau otot sadar, aktivitasnya akan menghasilkan gerakan
anggota tubuh, kepala, rahang, bola mata dan sebagainnya (Soewolo, 2000).
Otot rangka
tersusun atas myofibril (serabut otot) berinti banyak. Myofibril tersebut ada
yang berwarna gelap dan ada yang berwarna terang, tersusun teratur, dan tampak
bergaris. Myofibril membentuk kumpulan serabut yang dilindungi oleh selapit
fasia propria. Kumpulan ini disebut otot atau daging, dimana tiap otot
dilindungi oleh selaput fasia superfisialis. Fasia superfisialis terdapat di
bawah kulit membentuk fasciculuc otot (Kirnanto & Maryana, 2017).
2. Otot
Polos
Sel otot polos
bila dilihat di bawah mikroskop cahaya tidak menunjukkan adanya garis-garis
melintang. Otot polos vertebrata dapat dijmpai pada dinding organ-organ dalam
dan pembuluh darah: saluran pencernaan makanan, uterus, kandung kencing,
ureter, arteri dan arteriole. Juga terdapat pada iris mata dan bola penggerak
rambut (Soewolo, 2000).
Dalam keadaan
relaks, serat otot polos merupakan sel panjang, berbentuk gelendong, merunjing
di kedua ujungnya dan mempunyai bagian tengah yang lebih lebar tempat inti otot
terletak. Ukran tergantung tempatnya, mulai dari 20 micrometer pada pembuluh
darh hingga 0,005 mm dalam rahim wanita hamil. Sebagian besar otot polos
dibentuk melalui perkembangan sel-sel mesenkim, dan sebagian lagi berasal dari
ectoderm. Dalam beberapa kelenjar, misalnya kelenjar liur, kelenjar keringat
dan kelenjar lakrimal, juga terdapat banyak sel yang memiliki kemiripan dengan
otot polos yang berkembang dari ektoderm dan sel mioepitel (Kirnanto &
Maryana, 2017).
3. Otot
Jantung
Otot jantung
menyusun dinding jantung, memilki sifat antara otot rangka dan otot polos.
Serabutnya mirip otot rangka tetapi disarafi oleh sistem saraf otonom, dan
dapat berkontraksi tanpa stimulasi saraf sama sekali. Sel otot jantung sering
bercabang-cabang dan membentuk anyaman (anastomosis).
Di bawah mikroskop cahaya sel otot
jantung tampak bergaris-garis melintang seperti otot rangka, mempunyai inti
terletak di tengah-tengah sel. Antara satu sel dengan sel lain disebelahnya
membentuk sinsitium yang dihubungkan oleh cakram sispan (intercalated disc) yang merupakan persambungan listrik (electrical junction) yang dapat
menyebarkan potensial aksi ke seluruh jantung seperti terjadi pada otot polos
unit tunggal (Soewolo, 2017).
Jenis otot
jantung utama adalah otot atrium, otot ventrikel, serta serabut otot
eksitatorik dan konduksi khusus. Sepert hanknya otot lurik, otot jantunh juga
sebuah sinsitium karena terdapat diskus interkalatus, yakni suatu membran sel
yang memisahkan masing-masing sel otot jantung ((Kirnanto & Maryana, 2017).
BAB
III
METODE
PENGEMBANGAN
3.1
Waktu
dan Tempat
Penelitian ini
dilakukan pada bulan Oktober 2018 di Sekolah SMA ................ di Kabupaten
Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
3.2
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian
ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan metode penelitian dan
pengembangan.
3.3
Sasaran
Penelitian
Sasaran
penelitian adalah siswa kelas XI di SMA .................
3.4
Desain
Penelitian
Desain
penelitian dalam penelitian ini adalah One-Group-Pretest-Posttest
Design. Menurut Sugiyono (2018), One-Group-Pretest-Posttest
Design yaitu terdapatnya pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian
hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat dibandingkan dengan
keadaan sebelum diberikan perlakuan. Desain ini dapat dirumuskan sebagai berikut
:
Keterangan : Q1 = nilai pretest (sebelum diberi
perlakuan)
Q2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
X =
eksperimen
Desain
penelitian One-Group-Pretest-Posttest
Design dapat dilakukan dengan memberikan pretest (Q1) siswa
kelas XI untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum siswa tersebut mendapatkan
perlakuan. Selanjutnya diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran
“Learning Cycle” pada materi sistem
gerak manusia untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. Setelah diberikan
perlakuan pada akhir pembelajaran kembali diberikan post test (Q2) untuk mengukur kemampuan
akhir siswa setelah diterapkan model pembelajaran “Learning Cycle”. Perbedaan
antara tes awal dan tes akhir (Q1 dan Q2) yakni Q1<
Q2 diasusikan sebagai adanya pengaruh dari treatment (X).
3.5
Langkah-langkah
Penelitian dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Sugiyono (2018),
Menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut. Adapun langkah-langkah penelitian dan pengembangan antara lain :
3.5.1 Potensi Masalah
Melakukan Wawancara
dengan guru Biologi di SMA ................ mengenai masalah yang dihadapi oleh
guru Biologi terkait pengembangan perangkat pembelajaran untuk meningkatkan
pengusaan konsep siswa dalam belajar.
3.5.2
Mengumpulkan
Informasi
Tahap mengumpulkan
informasi atau mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara analisis perangkat
pembelajaran dan analisis kurikulum.
a.
Analisis
Perangkat Pembelajaran
Analisis perangkat pembalajaran dilakukan untuk megumpulkan
informasi utama dalam pembelajaran. Pada
analisis perangkat ini akan ditentukan bagian-bagian yang perlu dikembangkan
untuk membantu dan dapat memudahkan siswa dalam belajar.
b.
Analisis
Kurikulum
Pada analisis kurikulum ini dapat dilakukan
dengan memperhatikan karateristik kurikulum yang digunakan di sekolah. Hal ini
dilakukan agar pengembangan dapat sesuai dengan tuntutan kurikulum yang
berlaku. Pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang mengajarkan
materi sistem gerak manusia di kelas XI terdapat pada KD 3.5 “Menganalisis
hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan
mengaikan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak serta
gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia melalui studi
literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.”
3.5.3
Perancangan
Perangkat Pembelajaran
Tahap-tahap yang
dilakukan pada proses perencanaan perangkat pembelajaran berorientasi model
pembelajaran “Learning Cycle” untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa yang
akan dikembangkan antara lain :
a.
Menentukan
isi perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran
yang dikembangkan berorientasi pada model pembelajaran Learning Cycle untuk meningkatkan
penguasaan konsep siswa. Kompetensi dasar dapat dilihat pada table berikut :
Kompetensi Dasar |
Indikator pencapaian kompetensi dasar |
3.5
Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme
gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia
melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. 3.6
Menyajikan karya tentang pemanfaatan teknologi dalam mengatasi gangguan
sistem gerak melalui penelusuran dari berbagai sumber informasi. |
3.5.1
Siswa dapat menjelaskan
struktur tulang, otot dan sendi 3.5.2
Siswa dapat menjelaskan
mekanisme gerak 3.5.3
Siswa dapat mendeskripsikan
macam-macam gerak yang terjadi 3.5.4
Siswa dapat menjelaskan
kelainan yang terjadi pada sistem gerak. 3.6.1 Siswa dapat membuat suatu poster tentang
kelainan yang terjadi pada sistem gerak manusia. |
b.
Membuat
Perangkat Pembelajaran
Pembuatan
perangkat pembelajaran yang akan dibuat terdiri atas RPP, LKPD, dan tes.
3.5.4
Validasi
Perangkat
pembelajaran yang telah selesai dibuat, maka tahap selanjutnya dilakukan
validasi perangkat pembelajaran oleh validator ahli dan validator pengguna.
3.5.5
Revisi
Perangkat Pembelajaran
Setelah
ditelaah oleh validator, kemudian perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan
dilakukan revisi sesuai dengan saran yang akan diberikan oleh validator untuk
mencapai kesempurnaan perangkat pembelajaran.
3.5.6
Uji
Coba Skala Terbatas
Setelah
dilakukan revisi perangkat pembelajaran, dilakukan uji coba kepada 15 siswa
kelas XI A SMA ................ untuk
melihat kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran. Kemudian dilanjutkan
dengan memberikan angket kepada siswa untuk meyakinkan tingkat kepratisan
perangkat pembelajaran. Selain itu, dilakukan tes kemampuan siswa untuk melihat
tercapainya kompetensi pembelajaran
sebagai langkah untuk dapat mengukur
efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
3.5.7
Revisi
Perangkat Pembelajaran
Setelah
selesai tahap uji coba skala kecil kemudian perangkat pembelajaran direvisi
dengan melihat hasil angket yang sudah diisi oleh siswa dan mengikuti saran
dari guru mata pelajaran biologi dan siswa dengan melihat tingkat kesesuaian
perangkat pembelajaran dengan media pembelajaran yang digunakan.
3.5.8
Uji
Coba Skala Luas
Tahap uji skala
besar dilakukan pada siswa kelas XI B SMA ................. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat gambar berikut ini :
Gambar 3.1 Langkah-langkah
Penelitian
3.6
Instrumen
Penelitian
Jenis instrumen yang
diperlukan untuk mengukur efektivitas perangkat pembelajaran berupa RPP, LKPD,
dan instrumen penilaian kognitif yang dikembangkan adalah angket dan tes hasil
belajar siswa yang dijabarkan sebagai berikut :
3.6.1
Lembar
Validasi
Lembar
validasi diberikan kepada para ahli (validator) bersama dengan validasi untuk
memperoleh masukan data tentang penilaian para ahli yang melakukan validasi
pembelajaran (RPP, LKPD, soal tes) sebelum digunakan dalam proses belajar
mengajar. Perangkat pembelajaran ditelaah dari kesesuaian perangkat
pembelajaran berorientasi model pembelajaran Learning Cycle dan kelayakan
perangkat pembelajaran tersebut. Komponen kelayakan antara lain, kesesuaian
Kompetensi Dasar (KD), kebenaran konsep, keruntutan konsep, keakuratan
ilustrasi, dan kesesuaian dengan perkembangan ilmu.
3.6.2
Lembar
Keterlaksanaan RPP
Lembar keterlaksanaan RPP digunakan untuk mengetahui
keterlaksanaan pembelajaran dalam kelas. Lembar keterlaksanaan RPP dapat digunakan
untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas pengelolaan guru pada
siswa menggunakan LKPD berorientasi pada model pembelajaran Learning Cycle. Lembar
keterlaksanaan ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang diamati dengan jawaban
“YA” atau “TIDAK”.
3.6.3
Lembar
Aktivitas Siswa
Lembar aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui
aktivitas siswa pada proses pembelajaran menggunakan LKPD berorientasi model
pembelajaran Learning Cycle.
3.6.4 Angket Respon Siswa
Angket respon siswa dapat digunakan untuk mengetahui respon siswa tentang
penyajian tampilan dan isi perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Lembar
angket respon siswa ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan
pendapat siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
kemenarikan tampilan dan isi perangkat pembelajaran yang terdapat dalam
perangkat pembelajaran.
3.6.4
Tes
Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dinilai dari evaluasi berupa preetest dan posttest berdasarkan kognitif produk, psikomotor, dari proses
pembelajaran yang menggunakan perangkat pembelajaran. Tes hasil belajar siswa
diberikan setelah proses pembelajaran menggunakan LKPD dan digunakan untuk
mengukur tingkat tercapaiannya tujuan pembelajaran dan melatih kemampuan
berpikir siswa, serta sebagai instrumen pengukuran efektivitas perangkat pembelajaran
yang dikembangkan.
3.7
Teknik
Analisis Data
3.7.1
Validitas
Perangkat Pembelajaran
Data
validitas perangkat pembelajaran dianalisis agar dapat menghasilkan kualitas perangkat
pembelajaran yang layak digunakan dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hasil
diperoleh dari lembar telaah yang kemudian dianalisis. Validitas perangkat
pembelajaran terdiri dari Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar
kegiatan peserta didik (LKPD) dan tes. Data analisis validitas perangkat
pembelajaran diukur dengan menggunakan nilai yang bervariasi yaitu berkisar
antara 4,3,2 dan 1. Untuk lebih jelasnya kriteria tingkat kelayakan validitas
perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel
3.2. Kriteria Skor Skala Likert
Penilaian |
Nilai / Skor |
Sangat
baik |
4 |
Baik |
3 |
Cukup
Baik |
2 |
Kurang
Baik |
1 |
Sumber
: Yazid, 2016
Setelah mendapatkan hasil
maka dihitung menggunakan rumus ekuivalen, yaitu sebagai berikut :
Skor kriteria diperoleh
dari rumus berikut :
Skor kriteria= Skor tertinggi X jumlah aspek dalam kriteia X
jumlah validator.
3.7.2
Analisis
Aktivitas Siswa
Data
analisis aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa di dalam
kelas. Data ini dapat diperoleh dari hasil pengamatan siswa yang telah
ditentukan. Cara menilai aktivitas siswa ini berupa checklist yang terdiri dari
skor 1 sampai dengan 4. Skor tersebut memiliki kriteria penilaian sebagai
berikut:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2= cukup
1 =
kurang
Setelah
didapatkan skor maka akan dihitung menggunakan rumus ekuivalen yaitu :
Sumber : Yazid, 2016.
Setelah di
hitung skor dan didapatkan hasil maka dapat dilihat aktivitas siwa tersebut
pada tabel berikut :
Tabel
3.3 Kategori Penilaian Aktivitas Siswa
Angka |
Keterangan |
1,00-1,75 |
Sangat
Kurang |
1,76-2,50 |
Kurang |
2,51-3,25 |
Cukup |
3,26-4,00 |
Baik |
3.7.3
Analisis
Keterlaksanaan
Analisis
keterlaksanaan dilakukan untuk dapat menilai keterlaksanaan pembelajaran apakah
sudah sesuai dengan kriteria yang sudah ada. Angket keterlaksaan pembelajaran
ini memiliki skor yaitu 1 dan 0. Jika 1
maka berarti “YA” dan 0 berarti “TIDAK”.
Skor penilaian ini berpedoman pada skala Guttman. Kriteria skala Guttman yaitu
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4 Kriteria Skala Guttman
Jawaban |
Skor |
Ya |
1 |
Tidak
|
0 |
Sumber
: Yazid, 2016.
Setelah didapatkan data
maka dianalisis dengan menggunakan rumus :
Setelah didapatkan
hasil maka dapat di kategorikan keterlaksanaan pembelajaran tersebut dengan
melihat tabel sebagai berikut :
Tabel 3.5
Kategori Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran
Jawaban |
Skor |
0-20 |
Sangat
Kurang |
21-40 |
Kurang |
41-60 |
Cukup |
61-80 |
Baik |
81-100 |
Sangat
Baik |
Sumber : Yazid, 2016
3.7.4
Hasil
Belajar
Data mengenai hasil
belajar siswa pada materi sistem gerak manusia dihitung melalui penguasaan
konsep yang diperoleh siswa. Penguasaan konsep siswa dapat digunakan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Setelah
didapatkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus maka dapat dipeoleh ketuntasan
minimum untuk menghitung presentasi ketuntasan hasil belajar siswa klasikal. Kriteria
ketuntasan minimum (KKM) siswa untuk mata pelajaran Biologi materi sistem gerak
adalah 75. Menghitung presentase ketuntasan klasikal dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :
Setelah di dapatkan hasil
peningkatan penguasaan konsep siswa maka selanjutnya dihitung dengan
menggunakan skor n-gain :
setelah di dapatkan
hasil dari menggunakan rumus n-gain maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa
tersebut dengan melihat tabel di bawah ini :
Tabel 3.8
Interpretasi n-gain sc
Skor gain |
Kategori |
g
> 0,7 |
Tinggi |
0,7
> g > 0,3 |
Sedang |
g
< 0,3 |
Rendah |
Sumber : Amilia, 2016.
3.7.5
Analisis
Respon Siswa
Angket
respon siswa diberikan pada saat uji coba kelompok kecil kepada 15 orang siswa
kelas XI-A. Hasil respon siswa kemudian dianalisis menggunakan skala Guttman. Apapun kriteria
kelayakan angket respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan skala Guttman sesuai tabel
3.6 berikut.
Tabel
3.6 Kriteria Kelayakan Angket Respon
Siswa terhadap Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan Berdasarkan Skala
Guttman.
Jawaban |
Skor |
Ya
(Y) |
1 |
Tidak
(T) |
0 |
Sumber : Yazid, 2016.
Untuk menghitung
presentase dari setiap jawaban respon siswa, rumus yang diadaptasi dari Yazid,
2016 adalah sebagai berikut.
Keterangan :
K : Presentasi jawaban respon siswa
F : Jumlah jawaban responden
N : Skor tertinggi dalam angket
I : Jumlah pertanyaan dalam angket
R : Jumlah responden.
Hasil perhitungan presentase dari angket respon siswa
pada uji coba kelompok kecil diinterpretasikan ke dalam kriteria yang`dapat
dilihat pada tabel 3.7 berikut :
Tabel
3.7 Interpretasi Skor Angket Respon Siswa
Kreteria |
Presentase Respon
Siswa (%) |
Sangat
Layak |
86-100 |
Layak |
71-85 |
Cukup
Layak |
56-70 |
Kurang
Layak |
41-55 |
Tidak
Layak |
≤40 |
Sumber : Yazid, 2016
Berdasarkan
interpretasi skor tersebut, perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan
layak apabila respon siswa mencapai persentase ≥71 %.
Post a Comment
Post a Comment