-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Bagaimanakah dan Siapakah Guru Itu ?

Post a Comment

  


 a.         Pengertian Guru

Secara etimologis, istilah guru berasal dari bahasa India yang artinya orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Dalam pengertian ini, makna guru selalu dikaitkan dengan profesi yang terkait dengan pendidikan anak di sekolah, di lembaga pendidikan, dan mereka yang harus menguasai bahan ajar yang terdapat dalam kurikulum. Secara umum, baik dalam pekerjaan ataupun sebagai profesi, guru selalu disebut sebagai salah satu komponen utama pendidikan yang sangat penting. Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal.

Profil adalah suatu pandangan atau gambaran terhadap sesuatu, yang melekat pada benda tersebut. Jadi profil guru adalah gambaran terhadap seorang pengajar atau pendidik tentang fakta-fakta khusus yang melekat padanya.

b.        Tugas dan Peran Guru

Dalam Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2005 dalam Aunnurahman (2009: 192) ditetapkan 4 kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu “kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kopetensi kepribadian. Didalam proses pembelajaran guru harus dapat mengaktualisasikan tugas-tugasnya  dengan baik sehingga siswa dapat berkembang dengan baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.”

Tujuan dan peranan guru adalah mendidik peserta didiknya sebagaimana adanya, lalu membantu mereka sesuai dengan potensinya.Guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Dengan memperhatikan kajian Pullias dan Young, Manam, Yelon and Weinstein, dalam E. Mulyasa (2009: 37) dapat diidentifikasikan beberapa peran guru, yakni sebagai berikut,

1)        Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup taggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nlai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat.

Berkenaan dengan wibawa: guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, seeta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.

Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri, terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran peserta didik, tidak menunggu atasan atau kepala sekolah.

Sedangkan disiplin; bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya.

2)        Guru Sebagai Pengajar

Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kopetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat bekerja dengan baik.

3)        Guru Sebagai Pembimbing

Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik , tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.

4)        Guru Sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan  pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik sehingga menutut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Pelatihan yang dilakukan, di samping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu, guru harus banyak tahu meskipun tidak mencakup semua hal. Meskipun demikian, tidak mustahil kalau suatu ketika menghaapi kenyataan bahwa guru tidak tahu tentang sesuatu yang seharusnya tahu. Dalam keadaan demikian, guru harus berani berkata jujur, dan berkata “saya tidak tahu”. Kebenaran adalah sesuatu yang amat mulia, namun jika guru terlalu banyak berkata “saya tidak tahu” maka bukanlah guru profesional. Untuk itu guru harus selalu belajar, belajar sepanjang hayat, dan belajar adalah sesuatu yang tidak dapat diwakilkan orang lain.

5)        Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak berharap untuk menasehati orang. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasehat secara lebih mendalam ia harus memahami pskologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Untuk menjadi manusia dewasa, manusia harus belajar dari lingkungan selama hidup dengan menggunakan kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan mental dan menta health di atas akan banyak menolong guru dalam menjalankan fungsinya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak membantu peserta didik untuk dapat membantu kepurusannya sendiri.

6)        Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model dan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima atau menggunakannya secara konstrutif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran.

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian didiskusikan para guru.

a)        Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permainan dan diri.

b)        Bicara dan gaya bicara: ppenggunaan bahasa sebagai alat berpikir.

c)        Kebiasaan bekerja: gaya yang di pakai seseorang untuk bekerja yang ikut mewarnai kehidupanya.

d)       Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hbungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.

e)        Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.

f)         Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berprilaku.

g)        Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

h)        Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.

i)          Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.

j)          Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk meniali setiap situasi.

k)        Kesehatan: kualitas tubuh, pkiran dan semangat yang merefleksikan kekuatan, prespektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.

l)          Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan  kepercayaan itu.

Guru tetap manusia biasa yang tidak lepas dari kemungknan khilaf. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya

7)        Guru Sebagai Pribadi Guru

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan bahwa “guru digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan ole masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.

Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, karena guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokan konsentrasi peserta didik.

8)        Guru Sebagai Pendorong Kreativitas

Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan ntuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melanyani peserta didik, sehingga pserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan ssuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukan apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjaka sebelumnya dan apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang lebih baik dari sekarang.

9)        Guru Sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan isan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada peserta didik tertentu, guru harus mampu mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman, pengakuan dan dorongan. Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan  dan dorongan sering kali membebaskan peserta didik dri “self image”  yang tidak menyenangkan, kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini, guru harus mampu melihat sesuatu yang tersirat di samping yang tersurat, serta mencari kemugkinan pengembangannya.

Untuk memiliki kemampuan melihat sesuatu yang tersirat, perlu memanfaatkan pengalaman selama bekerja, ketekunan, kesabaran dan tentu saja kemampuan menganalisis fakta yang dilihatnya, sehingga guru mampu mengubah keadaan peserta didik dari status “terbuang” menjadi “dipertimbankan” oleh masyarakat. Guru telah melaksanakan fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tidak berharga, merasa dicampakan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan, keuletan dan seni memotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit kembali harapannya.

 

c.         Guru yang Baik

Guru yang baik adalah guru yang mempunyai kepribadian yang baik, mengerti perkembangan sisiwa, dan mempunyai sifat-sifat yang baik, berikut ini merupakan sifat-sifat guru yang baik.

1)   Guru yang hangat dan menimbulkan keakraban, memberikan pengaruh yang positif terhadap kesenangan, kegairahan anak dalam belajar. Disamping itu kemndirian anak untuk melakukan disiplin juga tinggi, sehingga peraturan-peraturan dalam kelas terlaksana dengan baik tanpa paksaan.

2)   Guru dengan kualitas pertanyaan yang bagus, bukan hanya sekedar meminta jawaban anak dalam bentuk pengulangan kembali apa yang telah dipelajari atau apa yang ada dalam buku. Tetapi guru ini memberikan pertanyyan yang menuntut anak mengembangkan atau memperluas pemahamannya melebihi dari apa yang dipelajarinya dan dibacanya di dalam buku. Pertanyaan guru seperti ini mendorong anak untuk menalar lebih tinggi. Sebaliknya pertanyaan yang dangkal menyebabkan pengetahuan dan cara pikir anak yang dangkal pula.

3)   Guru yang suka menghargai keberhasilan murid walau sebesar apapun keberhasilan itu, dapat meningkatkan ide atau aspirasi murid. Guru yang suka menghargai usaha dan prestasi anak menyebabkan anak memiliki dorongan yang kuat untuk beride dan beraspirasi yang tinggi tanpa ada perasaan takut untuk dikritik.

4)   Guru yang memiliki kematangan sosial emosional, pengetahuan yang luas dan daya nalar yang tinggi, guru ini dapat menggerakkan proses belajar mengajar, sehingga anak mau belajar. Hal ini disebabkan timbulnya dalam diri anak perasaan kagum kepada guru dan ingin menyerupai guru.

5)   Guru yang mengetahui kebutuhan dan perkebangan setiap peserta didiknya sehingga guru tidak akan keliru didalam menentukan langkah Ajaran maupun perlakuan yang harus dilakukan terhadap peserta didiknya, sehingga peserta didik dapat berkembang sesuai dengan potensi.

Selain beberapa sifat guru yang telah diuraikan diatas menurut Elida Prayitno (1992:40) kepribadian guru sangat menentukan kemampuannya dalam menjalankan profesinya secara tepat dan baik sebagai guru. Kepribadian guru yang dapat membantu dalam menjalankan profesinya sebagai guru adalah sebagai berikut:

1)        Mencintai anak-anak.

2)        Senang berkomunikasi dan menjelaskan sesuatu sampai anak mengerti.

3)        Senang menanggapi pembicaraan anak dengan penuh perhatian tanpa cepat bosan.

4)        Tidak suka menuntut anak untuk bertindak selalu benar. Guru ini mampu mentoleransi kesalahan yang diperbuat anak yang bukan disengaja oleh anak itu.

5)        Mampu dan mau menghargai pendapat dan hasil kerja anak.

6)        Ramah tamah mempunyai minat yang luas, terbuka dan mempunyai perasaan humor.

7)        Mempunyai daya kreativitas yang tinggi dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam kehidupan profesinya.

8)        Menamplkan kemampuan berkomuikasi yang menarik, khususnya bagi anak-anak.

9)        Memiliki penyesuaian sosial yang tinggi baik dengan anak, maupun lingkungan sosial yang lebih luas.

10)    Mempunyai moral yang tinggi sehingg menjadi tokoh identifikasi bagi anak.

d.        Cara Guru dalam Mengembangkan Kepribadian Peserta Didik

Terdapat beberapa langkah atau kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru di dalam mengembangkan kepribadian anak diantaranya yaitu,

1)        Mengembangkan KecerdasanEmosi

Pembelajaran untuk meningkatkan kualitasnya dengan mengembangkan kecerdasan emosi, karena dengan mengembangkan kecerdasan emosi akan menghasilkan manusia yang utuh, seperti yang diharapkan oleh pendidikan nasional. Oleh karena itu, jika guru dan kepala sekolah mengharapkan pencapaian kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolahnya secara optimal, peru diupayakan bagaimana membina diri dan peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosi yang stabil. Melalui kecerdasan emosi diharapkan semua unsur yang terlibat dalam pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungannya secara tepat, memiliki rasa percaya diri (PD), tidak iri hati, dengki, cemas, takut, murung, tidak mudah putus asa, dan tidak mudah marah. Kecerdasan emosional dapat menjadi peserta didik: a) jujur, disiplin, dan tulus pada diri sendiri, membangun kekuatan dan kesadaran diri, mendengarkan suara hati, hormat dan tanggung jawab; b) memantapkan diri, maju terus, ulet, dan membangun inspirasi secara berkesinambungan; c) membangun watak dan kewibawaan, meningkatkan potensi, dan mengitegrasi tujuan belajar ke dalam tujuan hidupnya, d) memanfaatkan peluang dan menciptakan masa depan yang lebih cerah.

Menurut E. Mulyasa (2009: 162-163) terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan emosi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut,

1.      Menyediakan lingkungan yang kondusif.

2.      Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis.

3.      Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh peserta didik.

4.      Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya.

5.      Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial maupun emosional.

6.      Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif, dan menghindari respon yang negatif

 

2)        Mendisiplinkan Peserta Didik dengan Kasih Sayang

Dalam pembelajaran guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaan dalam mengikuti pembelajaran dan berprilaku di sekolah. Kebiasaan tersebut masih banyak yang tidak menunjang bahkan menghambat pembelajaran. Kita masih sering menyaksikan dan mendengar peserta didik yag perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik. Misanya merokok, rambut gondrong, butceri (rambut dicat sendiri), membolos, tidak mengrjakan pekerjaan rumah, membuat keributan di kelas, melawan guru, berkelahi, bahkan hal-hal yang bersifat kriminal. Dengan kata lain banyak peserta didik yang tidak disiplin, dan menghambat jalannya pembelajaran. Kondisi tersebut menuntut guru untuk senantiasa mendisiplinkan peserta didik agar dapat mendongkrak kualitas pendidikan menjadi manusia yang berbudi atau berkepribadian baik.

Dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan kasih sayang, dan harus ditujuan untuk membantu mereka menemukan diri, mengatasi, mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Disiplin dengan kasih sayang dapat merupakan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu berdiri sendiri.

Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggungjawab mengarahkan, dan berbuat baik, menjadi contoh, ssabar dan penuh pengertian. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, terutama disiplin diri (self-discipline). Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:

a)        Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya;

b)        Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya;

c)        Mengunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin.

Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang dapat dilakukan secara demokrati, yakni dari, oleh dan untuk peserta didik, sedangkan guru tut wuri handayani. Reisman and Payne dalam E. Mulyasa (2009: 171-172) mengemukakan strategi umum mendisiplinkan peserta didik sebagai berikut.

1)        Konsep diri (self-concept); strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri peserta didik merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menmbuhkan konsep diri, guru disarankan bersifat empatik, menerima, hangat dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

2)        Keteramilan berkomunikasi (communicaion skills); guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepauhan peserta didik.

3)        Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical); perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku salah. Untuk itu guru disarankan: a) menunjukkan secar tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya, dan b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

4)        Klarifikasi nilai (values clarification); strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

5)        Analisi transaksional (transactional analysis); disarankan agar guru bersikap dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.

6)        Terapi realitas (reality therapy); guru perlu bersikap positif dan bertanggung-jawab[sic] terhadap seluruh kegiatan di sekolah, dan melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran.

7)        Disiplin yang terintegrasi (asertive discipline); guru harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan mempertahankan peraturan, dan tata tertib sekolah, termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang berprilaku menyimpang.

8)        Modifikasi perilaku (behavior modification); guru harus menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, yang dapat memodiifikasi perilaku peserta didik.

9)        Tantangan bagi disiplin (dare to discipline); guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan disiplin peserta didik.

 

Sebagai pembimbing, guru harus berupaya membimbing dan mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang positif, dan menunjang pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan, guru harus memperlihatkan perilaku disiplin yang baik kepada peserta didik, karena bagaimana peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan sikap disiplin. Sebagai pengawas, guru harus senantiasa mengawasi seluruh perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin, dapat segera diatasi. Sebagai pengendali, guru harus mampu mengendalikan seluruh perilaku peserta didik di sekolah. Dalam hal ini guru harus mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secar tepat waktu dan tepat sasaran, baik dalam memberikan hadiah maupun hukuman terhadap peserta didik.



Related Posts

Post a Comment