-->

Ad Unit (Iklan) BIG

ANALISA FILSAFAT DALAM MASALAH PENDIDIKAN

Post a Comment

 1.      ANALISA FILSAFAT DALAM MASALAH PENDIDIKAN

 

Masalah pendidikan, adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Rupert C. Lodge dalam bukunya “Philolosophy of Education” sebagai berikut:

“The word education is used, sometimes in a wider, sometimes in a narrower sense. In the wider sense, all experience is said to be educative. . . . . . The child educates his parents, the pupil educates his master. Everything we say, think or do, educates us, no less than what is said or done to us by other beings, animate or inanimate. In this wider sense, life is education, and education is life”.8)                            

           

            Kalau kita perhatikan pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Lodge, yaitu bahwa “life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah  proses pendidikan. Segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya.

            Selanjutnya, dalam artinya yang sempit Lodge menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut :

 

            “In the narrower sense, education is resticted to that function, its background, and its outlook to the member of the rising generations.

               8. Ruper C. Lodge, Philosophy of Education, Harer & Brothers, New York, 1974, hal 23. …..in the narrower sense, education becomes, in practice identical with ‘schooling’, i.e. formal instruction under controlled conditions’’…. 9

            Dalam artinya yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang tumbuh, yang dalam prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol.

 

            Bagaimanapun luas sempitnya pengertian pendidikan, namun masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang berhubungan langsung dengan hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusiaannya. Dan pendidikan formal di sekolah hanyalah bagian kecil saja daripadanya, tetapi merupakan inti dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.

 

            Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang di antara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah yang sederhana yang menyangkut praktek dan kehidupan manusia. Memang di antara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula di antaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin dijawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.

            Sebagai contoh, berikut ini akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain :

(1)         Masalah kependidikan pertama dan yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. Dan apa pula hakikat manusia itu, dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan  manusia.

(2)         Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia. Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian manusia itu, ataukah faktor-faktor yang berasal dari luar/lingkungan dan pendidikan. Mengapa anak yang mempunyai potensi hereditas yang baik tanpa dibarengi dengan lingkungan dan pendidikan yang baik pula tidak mencapai kepribadian yang diharapkan; dan kenapa pula anak yang mempunyai potensi hereditas yang tidak baik, walaupun mendapatkan pendidikan dan lingkungan yang baik, tetap tidak berkembang dengan baik pula.

(3)         Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu unutk individu, atau untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidikan itu dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semata-mata untuk dan demi kehidupan riel dan material di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal?

(4)         Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab terhadap pendidikan itu, dan sampai di mana tanggung jawab tersebut. Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan sekolah terhadap pendidikan, dan bagaimana tanggung jawab pendidikan tersebut setelah manusia dewasa dan sebagainya.

(5)         Apakah hakikat pribadi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk dididik; akal, perasaan atau kemauannya, pendidikan jasmani atau pendidikan mentalnya, pendidikan skil ataukah intelektualnya, ataukah kesemuanya itu.

(6)         Apakah hakikat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat, apakah individu itu independen ataukah dependen dalam masyarakat.

(7)         Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal, apakah kurikulum yang mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan dalam masyarakat, ataukah kurikulum yang luas dengan konsekuensi yang kurang intensif penguasaanya dan bersifat praktis pula.

(8)         Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek sosial pedagogis lainnya.

(9)         Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi; apakah oleh negara ataukah swasta, dan sebagainya. 10)      

            Problema-problema tersebut, merupakan sebagian dari contoh-contoh problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau analisa filsafat. Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan (approach) yang digunakan antara lain:

(1)         pendekatan secara spekulatif atau speculative-approach, yang disebut juga sebagai cara pendekatan reflektif. Baik spekulatuf maupun reflektif (dari kata : speculate dan reflect) keduanya berarti : memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Ini adalah teknik pendekatan dalam filsafat pada umumnya. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalah memikirkan, mempertimbangkan dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Masalah-masalah kependidikan memang berhubungan dengan hal-hal yang harus diketahui hakikat yang sebenarnya, misalnya apakah hakikatnya mendidik dan pendidikan itu, hakikat manusia, hakikat hidup masyarakat, individu, kepribadian, kurikulum, kedewasaan dan sebagainya.

(2)         Pendekatan normatif (normative-approach). Norma, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia. Norma-norma tersebut juga merupakan masalah-masalah kependidikan, di samping dalam usaha dan proses pendidikan itu sendiri, sebagai bagian dari kehidupan manusia, juga tidak lepas dari ikatan norma-norma tertentu. Dengan teknik pendekatan normatif, dimaksudkan adalah berusaha untuk memahami nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dan dalam proses pendidikan, dan bagaimana hubungan antara nilai-nilai dan norma-norma tersebut dengan pendidikan. Dengan demikian akan dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan diarahkan.

(3)         Pendekatan analisa konsep (conseptual analysis). Konsep, artinya pengertian, atau tangapan seseorang terhadap sesuatu obyek. Setiap orang mempunyai pengertain atau tanggapan yang berbeda-beda mengenai yang sama, tergantung pada perhatian, keahlian dan kecenderungan masing-masing. Konsep seorang pedagang tentang kerbau misalnya, berbeda dengan konsep seorang seniman tentang kerbau yang sama, berbeda pula dengan seorang petani, peternak, seorang guru, seorang anak dan sebagainya. Dengan analisa konsep sebagai pendekatan dalam filsafat pendidikan, dimaksudkan adalah usaha memahami konsep dari para ahli pendidikan, para pendidik dan orang-orang yang menaruh perhatian atau minat terhadap pendidikan, tentang berbagai masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Misalnya konsep mereka tentanganak, tentang jiwa, masyarakat, sekolah, tentang berbagai hubungan (interaksi) yang bersifat pendidikan, serta nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan proses pendidikan, dan sebagainya.

(4)         Analisa ilmiah terhadap realitas kehidupan sekarang yang aktual (scientific analiysis of current life). Pendekatan ini sasarannya adalah masalah-masalah kependidikan yang aktual, yang menjadi problem masa kini. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan dan kemudian difahami permasalahan-permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan. 11)

            Selanjutnya Harry Schofield, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Barnadib dalam bukunya Filsafat Pendidikan, menekankan bahwa dalam analisa filasafat terhadap masalah-masalah pendidikan digunakan dua macam pendekatan, yaitu: (1) pendekatan filsafat historis dan (2) pendekatan dengan menggunakan filsafat kritis.

 

            Dengan pendekatan filsafat historis (historiko filosofis), yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli filsafat sepanjang sejarah. Dalam sejarahnya filsafat telah berkembang dalam bentuk sistematika, jenis dan aliran-aliran filsafat yang tertentu. Oleh karana itu, kalau diajukan pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai masalah filosofis dalam bidang pendidikan, jawabannya melekat pada masing-masing sistem, jenis dan aliran-aliran filsafat tersebut. Dari sekian jawaban tersebut, kemudian dipilih jawaban mana yang sesuai dan dibutuhkan.

 

            Adapun cara pendekatan filsafat kritis, dimaksudkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula, dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan filosofis. Selanjutnya Schofield, mengemukakan ada dua cara analisa pokok dalam pendekatan filsafat kritis, yaitu (1) analisa bahasa (linguistik) dan (2) analisa konsep. Analisa bahasa adalah usahauntuk mengadakan interprestasi yang menyangkut pendapat atau pendapat-pendapat mengenai makna yang dimiliknya. Sedangkan analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah (kata-kata) yang mewakili gagasan atau konsep.)

Related Posts

Post a Comment