-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Makalah PAUD "PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN POTENSI ANAK USIA PAUD"

Post a Comment

 

BAB I

PENDAHULUAN

 


Pendidikan anak usia dini sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Batasan lain mengenai usia dini pada anak berdasarkan psikologi perkembangan yaitu antara usia 0 – 8 tahun.

Disamping istilah pendidikan anak usia dini terdapat pula terminologi pengembangan anak usia dini yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistik baik aspek pendidikan, gizi maupun kesehatan (Direktorat PADU, 2002:3).


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.     Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Kata pertumbuhan sering dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah tumbuh kembang. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Namun sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan adalah dua hal yang berbeda.

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh, misalnya bertambah berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkaran kepala, bertambah lingkar lengan, tumbuh gigi susu, dan perubahan tubuh yang lainnya yang biasa disebut pertumbuhan fisik.

Pertumbuhan anak pada usia dini dapat dengan mudah diamati melalui penimbangan berat badan atau pengukuran tinggi badan anak. Pemantauan pertumbuhan anak dilakukan secara terus menerus dan teratur.

Adapun perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Proses perubahan mental ini juga melalui tahap pematangan terlebih dahulu. Bila saat kematangan belum tiba maka anak sebaiknya tidak dipaksa untuk meningkat ke tahap berikutnya misalnya kemampuan duduk atau berdiri.

Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Diktentis Diklusepa, 2003:8).

 

 

 

B.     Tumbuh Kembang Anak

Psikologi perkembangan adalah teori yang mempelajari perkembangan manusia dari lahir sampai dewasa atau tua. Psikologi perkembangan berarti juga perubahan yang sistematis dalam diri seseorang mulai dari konsepsi (pertemuan sel telur dengan sperma) sampai kematian. Sedangkan psikologi perkembangan anak (Early Childhood Development) hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun (Diktentis Diklusepa, 2003: 9).

Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu empat tahun pertama sejak kelahirannya. Pada saat anak mencapai usia delapan tahun maka perkembangan otak anak telah mencapai 80% hingga pada usia 18 tahun mencapai 100%. Usia 0 – 8 tahun merupakan masa emas perkembangan anak sebab 80% perkembangan otak berada pada rentang usia tersebut.

Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya pada saat setelah di luar kandungan. Bayi yang baru dilahirkan memiliki 100 miliar neuron dan bertriliun-triliun sambungan antar neuron. Melalui persaingan alami akhirnya sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami atrofi.

Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan tersebut merangsang bertambahnya produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial. Semakin banyaknya zat myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrit-dendrit yang tumbuh, sehingga akan semakin banyak synapse yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit.

Otak manusia bersifat hologram yang dapat mencatat, menyerap, menyimpan, mereproduksi dan merekonstruksi informasi. Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh mutu dan frekuensi stimulasi yang diterima indra. Stimulasi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sangat mempengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal tersebut sulit diperbaiki pada masa-masa kehidupan selanjutnya. Implikasinya adalah bahwa anak yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Penyimpangan tersebut dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya menjadi anak yang tidak memiliki rasa malu dan terlalu agresif.

Stimulasi psikososial untuk merangsang pertumbuhan anak tidak akan memberikan arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara pengasuhan dan pemberian makan serta stimulasi anak pada usia dini yang sering disebut critical period ini. Gizi yang tidak seimbang maupun gizi buruk serta derajat kesehatan anak yang rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, mereproduksi dan merekonstruksi informasi. Disamping itu, rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada pertumbuhan fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya, bahkan dapat mengakibatkan cacat yang permanen (Dirjen Diklusepa, Depdiknas: 2002).

Konsep di atas menuntut adanya pengintegrasian aspek psiko-sosial/pendidikan, gizi dan kesehatan dalam proses tumbuh kembang anak atau dengan kata lain anak mendapatkan layanan dasar secara holistik.

Dalam perkembangan pendidikan anak usia dini, pada saat-saat tertentu dapat terjadi kemandegan pada tugas-tugas perkembangan (discontinuity), misalnya karena sakit, namun setelah masa ini berlalu ada tugas perkembangan yang bisa dikejar dan ada pula yang tidak bisa dikejar sama sekali.

 

 

 

C.      Aspek-aspek Perkembangan

Secara garis besar aspek-aspek perkembangan anak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1)     Pembentukan perilaku meliputi aspek: moral, keimanan, dan ketakwaan (spritual intellingence), sosial dan emosional (interpersonal intellingence dan intra-personal intellingence).

2)     Perkembangan kemampuan dasar meliputi aspek: perkembangan bahasa (linguistic intellingence), daya pikir (logico-mathematical intellingence), keterampilan dan seni (visual-spatial intellingence, naturalis intellingence, dan musical/rythmic intellingence), serta kesehatan jasmani (bodily/kinesthetic intellingence) (Diktentis Ditjen Diklusepa, 2003:11).

 

D.     Kecerdasan atau Potensi Anak

Lebih lanjut hadir teori baru tentang Multiple Intelligence yang menyatakan bahwa setiap anak memiliki beberapa potensi kecerdasan. Kegiatan pendidikan anak usia dini hendaknya memperhatikan 9 macam kecerdasan atau potensi dalam diri anak tersebut ketika anak sedang belajar tentang dunianya. Setiap kecerdasan dapat dirangsang dengan cara yang berbeda (Direktorat PADU, 2002; Diktentis, 2003). Kesembilan kecerdasan tersebut adalah:

  1. Kecerdasan verbal (linguistic intelligence) adalah kemampuan untuk memanipulasi bahasa secara efektif untuk mengekspresikan diri secara retorikal atau puisi. Bahasa juga digunakan sebagai alat untuk mengingat informasi yang ada. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita.
  2. Kecerdasan logika-matematik (logico-mathematical intelligence) adalah kemampuan untuk mendeteksi pola-pola, beralasan deduksi, dan berpikir logis. Umumnya kecerdasan ini diasosiasikan dengan berpikir ilmiah dan matematis. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisa data, dan bermain dengan benda-benda.
  3. Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence) adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan cara memanipulasi dan menciptakan melalui imajinasi mental. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui bermain kertas warna warni, balok-balok, bentuk-bentuk geometri, puzzle, menggambar, melukis, dan berimajinasi.
  4. Kecerdasan musikal (musical/rhytmic intelligence) adalah kemampuan umtuk mengenal dan mengkomposisikan irama, birama, dan ritme musik. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui irama, nada, birama berbagai bunyi, dan bertepuk tangan.
  5. Kecerdasan kinestetik (bodily/kinesthetic intelligence) adalah kemampuan untuk menggunakan salah satu kemampuan mental dalam mengkoordinasikan gerakan tubuh. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui gerakan tubuh, tarian, dan olahraga.
  6. Kecerdasan mencintai keindahan alam (naturalist intelligence) adalah kemampuan untuk menangkap informasi melalui keindahan alam. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, memelihara binatang, termasuk mengamati gejala alam seperti hujan, angin, banjir, pelangi, siang-malam, panas-dingin, bulan-bintang, dan matahari.
  7. Kecerdasan berkawan (interpersonal intelligence) adalah kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang dengan bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, memecahkan masalah, dan menyelesaikan konflik.
  8. Kecerdasan mengenal diri sendiri (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, termasuk kontrol diri, dan disiplin.
  9. Kecerdasan spritual (spritual intelligence) adalah kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.

BAB III

PENUTUP

 

Pertumbuhan dan perkembangan potensi anak usia PAUD sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental dari anak tersebut.

Pertumbuhan dapat dengan mudah diamati melalui penimbangan berat badan atau pengukuran tinggi badan anak. Pemantauan pertumbuhan anak dilakukan secara terus menerus dan teratur.

Adapun perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Proses perubahan mental ini juga melalui tahap pematangan terlebih dahulu. Bila saat kematangan belum tiba maka anak sebaiknya tidak dipaksa untuk meningkat ke tahap berikutnya misalnya kemampuan duduk atau berdiri.


DAFTAR PUSTAKA

 

Depdiknas. (2002). Sambutan Pengarahan Direktur Jenderal PLSP pada Lokakarya Pengembangan Program PADU, Jakarta.

Depdiknas. (2003). Bahan Sosialisasi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat PADU. (2001). Informasi Tentang Pendidikan Anak Dini Usia Pendidikan Prasekolah Pada Jalur Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Direktorat PADU -Ditjen PLSP – Depdiknas.

Gutama. (2003). “Kebijakan Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU)”. Makalah pada Pelatihan Penyelenggara Program PADU, Bandung.

Supriadi, Dedi. (2002). “Memetakan Kembali Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Anak Dini Usia”. Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 36 – 42.

__________ (2003). “Pendidikan Anak Usia Dini Dalam UU Sisdiknas”. Pikiran Rakyat.


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN POTENSI ANAK USIA PAUD

 

Related Posts

Post a Comment