BAB
I
PENDAHULUAN
Suatu kenyataan bahwa
selama ini perhatian terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah
bila dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama negara maju. Padahal
belajar dari pengalaman negara maju, konsep pembangunan sumber daya manusia
(SDM) justru dimulai sejak masa usia dini. Pengembangan anak usia dini yang
mencakup aspek gizi, kesehatan, dan pendidikan dilakukan secara intensif dan
utuh sejak anak dilahirkan.
Di Singapura dan Korea
misalnya, hampir seluruh anak usia dini telah terlayani PAUD. Di Malaysia,
pelayanan PAUD mencakup 70% anak. Bahkan di Singapura masalah penuntasan dua
bahasa, yaitu bahasa Cina dan Inggris, telah terselesaikan di tingkat TK. Hal
ini terbukti dengan peringkat ketiga negara tersebut dalam hal kualitas SDM
jauh lebih baik daripada negara kita yang berada di peringkat 110 (Singapura,
Korea Selatan dan Malaysia masing-masing berada di peringkat 25, 27 dan 59).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya
PAUD
Berbagai hasil
penelitian menyebutkan bahwa masa usia dini merupakan periode emas bagi
perkembangan anak dimana 50% perkembangan kecerdasan terjadi pada usia 0 – 4
tahun, 30% berikutnya hingga usia delapan tahun. Periode emas ini sekaligus
merupakan periode kritis bagi anak dimana perkembangan yang didapatkan pada
periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pada periode berikutnya
hingga masa dewasanya. Periode ini hanya datang sekali dan tidak dapat ditunda
kehadirannya, sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Hal inilah
nampaknya yang masih banyak disia-siakan oleh sebagian besar masyarakat.
Akibatnya, berdampak terhadap kesiapan anak memasuki jenjang persekolahan.
Pada periode kritis ini
anak memerlukan berbagai asupan terutama yang mencakup aspek gizi, kesehatan,
dan pendidikan yang merupakan pilar utama pengembangan anak usia dini,
mengingat ketiga aspek ini sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas anak di
kemudian hari.
Kesadaran masyarakat
akan pentingnya gizi dan kesehatan bagi anak lebih tinggi daripada kesadaran
akan pentingnya pendidikan. Padahal penanganan masalah gizi dan kesehatan saja
tidak cukup, melainkan harus dilengkapi pula dengan penanganan pendidikannya
sebagai kesatuan yang utuh dan terpadu. Sebagai contoh, program penanggulangan
masalah kekurangan gizi dan kesehatan dasar untuk survival memang sangat
diperlukan, tatapi apa arti survival bila kemampuan dasar intelektual dan
psikososialnya rendah, tentu nantinya hanya akan menjadi beban orang lain
bukan?
Oleh sebab itu sudah
saatnya memasukkan aspek pendidikan dalam program anak usia dini sehingga
ketiganya menjadi satu kesatuan intervensi yang utuh, walaupun belum dapat
menjangkau semua anak. Sebagai contoh, keberhasilan program posyandu dalam
pelayanan perbaikan gizi dan kesehatan dasar, akan lebih lengkap apabila
ditambah dengan layanan stimulasi pendidikan bagi para balitanya. Sedangkan
untuk paket yang lebih intensif, program layanan gizi dan kesehatan dapat
diintegrasikan dengan program Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, atau
TK/RA. Dengan demikian diharapkan semua kegiatan yang melibatkan anak usia dini
perlu sentuhan ketiga aspek tersebut.
B. Pembelajaran Melalui Bermain
Anak-anak usia dini
dapat saja diberikan materi pelajaran, diajari membaca, menulis, dan berhitung.
Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah,
geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat
diajarkan kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan
perkembangannya (Supriadi, 2002: 40). Kuncinya adalah pada permainan atau
bermain. Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia
dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri.
Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil
bermain yang melibatkan semua indra anak.
Bruner dan Donalson dari
telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan
diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian
besar diperoleh dari bermain. Sayangnya, menurut Samples bermain sebagai
gagasan yang dikaitkan dengan pembelajaran kurang mendapatkan apresiasi dalam
berbagai lingkungan budaya (Supriadi, 2002: 40).
Bermain bagi anak adalah
kegiatan yang serius tetapi menyenangkan. Menurut Conny R. Semiawan (Jalal,
2002: 16) bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena
menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian. Melalui bermain, semua aspek
perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat
berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan
menemukan hal-hal baru. Melalui permainan, anak-anak juga dapat mengembangkan
semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual
dan spritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan
bagi berkembangnya semua aspek.
Kritik yang ditujukan
kepada sejumlah TK bukan karena mereka mengajarkan berhitung, membaca, dan
menulis melainkan caranya yang salah seakan-akan menjadikan TK sebagai miniatur
SD. Padahal PAUD itu sesuatu yang lain dengan landasan psikologis dan pedagogis
yang berbeda. Belajar Quantum dari De Porter & Hernacki serta revolusi
belajar yang dibawakan oleh Dryden & Vos (Supriadi, 2002: 41) meletakkan
titik berat pada “pendinian” belajar pada anak dengan memilih cara-cara yang
sesuai, bukan pengakademikan belajar pada usia dini – dua hal yang sangat besar
perbedaannya.
Pembelajaran pada anak usia dini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode (Direktorat PADU,2001;
Depdikbud, 1998), diantaranya yaitu:
- Bercerita
Bercerita
adalah menceritakan atau membacakan cerita yang mengandung nilai-nilai
pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dapat ditingkatkan. Bercerita
dapat disertai gambar maupun dalam bentuk lainnya seperti panggung boneka.
Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak
untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita tersebut
akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan
kebutuhan anak.
- Bernyanyi
Bernyanyi
adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan.
Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi emosional seperti sedih dan
gembira. Bernyanyi juga dapat menumbuhkan rasa estetika.
- Berdarmawisata
Darmawisata
adalah kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan
kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak. Kegiatan tersebut
dilakukan di luar ruangan terutama untuk melihat, mendengar, merasakan,
mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Hal ini
dapat diwujudkan antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah, pantai,
kebun, dan lainnya.
- Bermain peran
Bermain
peran adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan tokoh-tokoh,
benda-benda, dan peran-peran tertentu sekitar anak. Bermain peran merupakan
kegiatan menirukan perbuatan orang lain di sekitarnya. Dengan bermain peran,
kebiasaan dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta dapat
mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan
yang dilaksanakan.
- Peragaan/Demonstrasi
Peragaan/demonstrasi
adalah kegiatan dimana tenaga pendidik/tutor memberikan contoh terlebih dahulu,
kemudian ditirukan anak-anak. Peragaan/demonstrasi ini sesuai untuk melatih
keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang benar.
- Pemberian
Tugas
Pemberian
tugas merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan
sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara
tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual.
- Latihan
Latihan
adalah kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik
yang menuntut koordinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan
sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan.
C. Peranan PAUD sebagai Pendidikan
Luar Sekolah
Berdasarkan data sensus
penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa dari jumlah 26,09 juta anak usia 0 – 6
tahun, sebagian besar (sekitar 17, 99 juta anak atau 68,9%) belum terlayani
dalam pendidikan prasekolah. Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal hanya mampu
melayani sekitar 2 (dua) juta anak dari 12,6 juta anak usia 4 – 6 tahun yang
ada.
Berkenaan dengan hal
tersebut di atas maka sewajarnya bila peran Pendidikan Luar Sekolah – yang
mencakup pendidikan nonformal dan informal – dalam memberikan pelayanan
pendidikan dini pada anak-anak yang tak memperoleh pendidikan di jalur
pendidikan formal sangatlah penting dan mendesak.
Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) yang diselenggarakan pendidikan luar sekolah berupa kelompok
bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang
sejenis.
Kelompok bermain adalah
salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia tiga – enam tahun, yang berfungsi
untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, sehingga
siap memasuki pendidikan dasar.
Taman Penitipan Anak
adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi
sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya
berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam menagsuh anaknya karena
bekerja atau sebab lain.
Satuan PAUD sejenis
merupakan bentuk-bentuk layanan PAUD lainnya yang tidak diselenggarakan dalam
bentuk taman penitipan anak ataupun kelompok bermain. Satuan PAUD sejenis dapat
berbentuk: PAUD dalam keluarga dan berbagai layanan pendidikan lainnya, baik
yang bersifat khusus maupun umum yang diselenggarakan bagi anak usia dini.
PADU Terintegrasi
Posyandu atau Pospadu adalah pengembangan dari satuan PADU sejenis, yang
merupakan upaya pendidikan bagi anak usia dini yang dilaksanakan dengan mengintegrasikan
pendidikan dengan program posyandu, sehingga anak memperoleh layanan dasar
secara holistik/menyeluruh yang mencakup layanan gizi, kesehatan, dan
pendidikan.
BAB
III
PENUTUP
Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) yang diselenggarakan pendidikan luar sekolah berupa kelompok
bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang
sejenis.
Dunia anak adalah dunia
bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua
indra anak.
Kelompok bermain adalah
salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia tiga – enam tahun, yang berfungsi
untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, sehingga
siap memasuki pendidikan dasar.
Taman Penitipan Anak
adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi
sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan
atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam menagsuh anaknya karena bekerja atau
sebab lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Cropley. (……).
Pendidikan Seumur Hidup Suatu Analisis Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional.
Depdiknas. (2003). Bahan
Sosialisasi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Tenaga
Teknis. (2003). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 0 – 6 Tahun. Jakarta:
Ditjen PLSP – Depdiknas.
Direktorat PADU. (2001).
Informasi Tentang Pendidikan Anak Dini Usia Pendidikan Prasekolah Pada Jalur
Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Direktorat PADU -Ditjen PLSP – Depdiknas.
Sudjana, D. (2001).
Pendidikan Luar Sekolah. Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falasafah, Teori
Pendukung, Asas. Bandung: Penerbit Falah Production.
PENTINGNYA PERANAN PAUD SEBAGAI PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
Post a Comment
Post a Comment