-->

Ad Unit (Iklan) BIG

Tugas Kuliah : MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Post a Comment

  


PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN BERFIKIR RASIONAL DAN HASIL BELAJAR SISWA


Abstrak

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh penggunaan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA terhadap kecakapan berfikir rasional dan hasil belajar kognitif siswa. Pengaruh ini dilihat dari ada atau tidaknya peningkatan aktivitas kecakapan berfikir rasional dan hasil belajar kognitif siswa setelah diberikan perlakuan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain One Shot Case Study yang dilaksanakan di SMP Negeri Gorontalo. Data yang diperoleh berupa aktivitas kecakapan berfikir rasional siswa dan hasil belajar kognitif yang dijaring dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar tes. Hasil yang diperoleh menunjukkan terjadi peningkatan rerata skor aktivitas siswa untuk kecakapan berfikir rasional pada pertemuan ketiga bila dibandingkan dengan pertemuan pertama untuk masing-masing indikator menggali informasi, mengolah informasi, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan perolehan dengan kriteria sangat baik untuk kecakapan berfikir rasional siswa, dan untuk hasil belajar kognitif siswa diperoleh rerata skor sebesar 83.81 dengan predikat B (baik).

Penguasaan kompetensi dasar dalam proses pembelajaran yang bermuara pada kecakapan hidup oleh siswa perlu dilakukan, agar peserta didik memiliki keberanian dalam menghadapi masalah dalam kehidupan dan mampu menyelesaikan masalah tersebut secara kreatif. Penelitian yang dilakukan oleh Mugambi dan Muthui (2013) menunjukkan bahwa kecakapan hidup memungkinkan siswa dapat mengatasi masalah hidup dan membuat pilihan penting bagi kehidupan mereka sekarang dan yang akan dating. Penelitian lain oleh Khera dan Khosla (2012) yang menyatakan dengan mengembangkan pembelajaran yang berorientasi kecakapan hidup, pada umumnya dapat membantu siswa dalam menerjemahkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai dalam perilaku hidup sehat. Senada dengan Permendikbud 2013 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPA menekankan pada pemahaman tentang alam sekitar beserta kekayaan alam yang perlu dilestarikan dalam kerangka sudut pandang fisika, kimia dan biologi, maka pembelajaran IPA bukan hanya menekankan pada penguasaan kumpulan pengetahuan, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang melibatkan siswa secara aktif dan berorientasi pada kecakapan hidup yang berperan sebagai alat bantu siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar (Kemendikbud, 2016).

Kecakapan hidup menunjuk pada beragam kemampuan seseorang untuk dapat memperoleh kehidupan dengan sukses, bahagia, dan secara bermartabat di dalam masyarakat. Setiorini dan Munoto (2016) memaparkan bahwa kecakapan hidup (life skills) yaitu kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan reaktif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.

Menurut konsepnya, kecapakan hidup dapat dipilah menjadi lima bagian yaitu: (1) Kecakapan mengenal diri sendiri (selfawareness), yang sering juga disebut kemampuan personal (personal skill). Kemampuan ini mencakup: (a) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, (b) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus menjadikan sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya, (2) Kecakapan berfikir rasional (thinking skills). Kecakapan ini mencakup: (a) kecakapan menggali dan menemukan informasi, (b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, (c) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif, (3) Kecakapan sosial (social skills) yang mencakup: (a) kecakapan komunikasi dengan empati, (b) kecakapan bekerja sama, berempati,sikap penuh pengertian dan seni berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan pesan baik, akan menumbuhkan kesan yang harmonis, (4) Kecakapan akademik (academic skills). Sering kali disebut kemampuan berfikir ilmiah (scientific method), mencakup antara lain identifikasi variabel, merumuskan hipotesis, dan melaksanakan penelitian, serta (5) Kecakapan vokasional (vocational skills) yang disebut juga keterampilan kejuruan, artinya keterampilan dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat (Depdiknas, 2007).

Pembelajaran IPA sesuai Kurikulum 2013 untuk tingkat SMP/MTs merupakan pembelajaran integrasi berbagai konsep dalam mata pelajaran IPA terpadu yang menggunakan pendekatan trans-disciplinarity. Sehingga, dengan pembelajaran terpadu ini, menjadikan IPA sebagai pembelajaran kontekstual yang memungkinkan siswa untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik baik secara individu maupun kelompok (Kemdikbud, 2016). Berdasarkan ini, diharapkan siswa dapat menemukan konsep IPA secara utuh dan otentik, sehingga dapat memiliki kecakapan hidup (life skils) dan membentuk kepribadian siswa yang unggul dalam memecahkan berbagai permasalahan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penerapan pendidikan IPA yang mengintegrasikan kecakapan hidup selama ini belum sepenuhnya dirancang dalam pembelajaran. Ketercapaian tujuan pendidikan tersebut hanya dipandang sebagai efek pengiring (nurturant effect) yang secara otomatis terbentuk seiring dengan terkuasainya substansi mata pelajaran. Selain itu, hampir disemua sekolah ditemukan pola pembelajaran yang sangat berorientasi pada produk, sehingga kegiatan pembelajaran yang dimaksud untuk menumbuhkan keterampilan proses dan tujuan pendidikan yang mencakup sikap jujur, disiplin, saling toleransi, berfikir rasional, kritis, dan sebagainya yang sebenarnya identik dengan kecakapan hidup secara umum atau general life skills tidak dilaksanakan (Depdiknas, 2006).

MetODE

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode yang digunakan metode eksperimen dengan desain penelitian One Shot Case Study, dimana dalam desain ini hanya menggunakan satu kelas eksperimen tanpa adanya pembanding dan juga tanpa tes awal. Pada penelitian ini diberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan tersebut (Arikunto, 2011).

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri ... Tahun Ajaran 2016/2017 dengan populasi adalah seluruh siswa kelas VIII yang tersebar di 7 kelas yaitu kelas VIIIA sampai VIIIg. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik Cluster random sampling atau penarikan sampel secara berkelompok yang dilakukan dengan cara arisan, sehingga terpilih kelas VIIIC sebagai kelas eksperimen.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa lembar penilaian kecakapan berfikir rasional, yang terdiri dari lembar penilaian aktivitas siswa dan lembar tes yang mengarah pada indikator kecakapan berfikir rasional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan tes.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatf, dengan penilaian aktivitas kecakapan berfikir rasional siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung diamati oleh dua orang pengamat dengan mengacu pada rubrik penilaian. Hasil tes kecakapan berfikir rasional siswa diinterpretasikan sesuai dengan kriteria penyekoran dan penentuan predikat yang terdapat dalam buku panduan penilaian untuk SMP/MTs kurikulum 2013, sebagaimana yang tercantum pada Tabel 1.
hasil dan pembahasan

Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian 

 Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD pada materi tekanan pada zat cair, sebelumnya pada kegiatan pendahuluan siswa diberikan fenomena IPA yang ada di lingkungan sekitar mereka. Fenomena yang diberikan seperti (1) fenomena air yang dimasukkkan dalam botol air mineral, yang kemudian botol tersebut dilubangi pada ketinggain yang bervariasi, (2) air yang di masukkan dalam teko yang ketinggian lehernya berbeda, (3) kertas, peniti, dan plastisin yang diubah menjadi berbagai bentuk, kemudian di masukkan dalam bejana yang berisi air. Dari kegiatan tersebut, siswa diminta untuk menggali informasi apa saja yang mereka bisa berikan, baik terkait dengan konsep-konsep fisika serta besaran-besaran fisis apa saja dari fenomena yang divisualisasikan tersebut. Kemudian dari informasi yang dikemukakan tadi, siswa diminta untuk mengolah informasi yang mereka dapatkan dengan mengajukan pertanyaan/rumusan masalah. Dari pertanyaan/ rumusan masalah yang dibuat oleh siswa ini akan menjadi panduan siswa dalam menemukan pemecahan masalah.

Gambaran Umum Hasil Penilaian Kecakapan Berfikir Rasional Siswa 

Hasil penilaian kecakapan hidup, khususnya kecakapan berfikir rasional (thinking skills) siswa yang diperoleh melalui pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung (selama tiga kali pertemuan) yang mengacu pada indikator-indikator kecakapan berfikir rasional yang dilakukan oleh 2 (dua) orang pengamat. Indikator kecapakan berfikir rasional tersebut terdiri atas (1) kemampuan menggali informasi, (2) kemampuan mengolah informasi, (3)kemampuan memecahkan masalah, dan (4) kemampuan membuat kesimpulan. Gambaran umum hasil penilaian kecakapan berfikir siswa pada setiap pertemuan sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 2, yang kemudian dikaitkan dengan Tabel 1, terlihat bahwa pemberian perlakuan yakni dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kecakapan kemapuan berfikir rasional siswa berada pada kriteria baik dengan kebanyakan siswa (seperti yang ditunjukkan oleh skor modus) memiliki skor kecakapan berfikir rasional masing-masing sebesar 80.16, 82.04, dan 87.92 pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Serta persentase siswa yang memiliki skor kecakapan berfikir rasional di atas skor rerata mencapai 52.38%.


Kecakapan Berfikir Rasional Siswa setiap Indikator Ditinjau dari setiap indikator kecapakan berfikir rasional, juga diperoleh peningkatan skor kecakapan berfikir rasional siswa sebagaimana yang disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1. Skor Rerata Aktivitas Siswa Mengacu pada Indikator Kecakapan Berpikir Rasional


Aktivitas siswa yang berupa menggali informasi yang pada pertemuan pertama dan kedua masih rendah, dalam artian masih dalam kategori cukup. Rendahnya skor aktivitas ini disebabkan karena sebelumnya siswa tidak terbiasa dan jarang diberikan kesempatan dalam membaca atau mencari materi bacaan terkait topik yang diajarkan dan melakukan kegiatan praktikum secara mandiri, sehingga siswa belum terbiasa dalam menggali informasi lebih dalam.

Pada penelitian ini, dalam tahapan penyajian materi oleh guru yang dilakukan melalui tayangan audio visual serta berbantukan LKS, siswa diberikan kesempatan untuk mencari dan menggali informasi berdasarkan garis-garis besar informasi yang disajikan oleh guru. Kemudian, siswa diberikan kesempatan untuk memaparkan temuan informasi yang mereka peroleh.

Pemberian penjelasan dan kesempatan dalam mencari literatur terkait topik tekanan yang diajarkan, menjadikan siswa terbiasa menggali informasi terkait materi tekanan dari literatur/bahan bacaan yang disajikan. Selain itu, pada kegiatan penyampaian materi pelajaran selalu diawali dengan menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut, serta di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan Mengolah Informasi

Pada proses pembelajaran yang berlangsung selama penelitian, siswa sudah terbiasa mengolah informasi yang diberikan dan yang mereka dapatkan sesuai konsep dengan baik. Kondisi ini membuat kemampuan berfikir rasional siswa pada indikator mengolah informasi setiap pertemuan mengalami peningkatan.

Pada indikator mengolah informasi, berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa terjadi peningkatan rerata skor dari 83.33 pada pertemuan pertama, meningkat sebesar 9.29% menjadi 91.07 pada pertemuan ketiga. Peningkatan rerata skor ini menunjukkan bahwa siswa mengolah informasi dengan memikirkan dengan serius dan mencoba mendiskusikan informasi tersebut. Dalam aktivitas ini diharapkan seluruh proses kegiatannya dapat berlangsung secara baik, sehingga informasi dapat masuk dalam memori jangka panjang siswa sebagai informasi yang bermakna.

Kemampuan Memecahkan Masalah

Salah satu tahapan dalam pembelajaran menggunakan model STAD adalah pengelompokkan siswa ke dalam kelompok heterogen yang berjumlah 4-5 orang, dengan mengelompokan siswa ke dalam kelompok- kelompok kecil memberi peluang bagi mereka untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi, saling tukar ide antar siswa, dan memperoleh alternatif pemecahan masalah yang bisa digunakan. Selain itu, dalam kelompok kecil, siswa dimungkinkan untuk mampu memecahkan masalah yang lebih baik dibanding kalau mereka bekerja sendiri-sendiri. Walaupun dengan bekerja bersama bisa memakan waktu lebih lama, akan tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa ketika bekerja secara kelompok, siswa mampu menunjukan kemampuan lebih baik dalam memahami permasalahan secara lebih mendalam.

Kemampuan Membuat Kesimpulan

Seperti halnya indikator memecahkan masalah, rerata skor siswa meningkat pada pertemuan kedua dibandingkan dengan pertemuan pertama, dengan rerata skor pada pertemuan pertama sebesar 76.79. Selanjutnya pada pertemuan kedua meningkat sebesar 16.28% menjadi 89.29, kemudian pada pertemuan ketiga turun sebesar 1.32% menjadi 88.69. Data ini menunjukkan bahwa siswa telah berupaya membuat simpulan dengan berdasarkan pendapat kelompok atau teori yang relevan serta dengan bimbingan guru, siswa mampu memecahkan masalah yang berhubungan tugasnya dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

Hasil Belajar Siswa

Selain dilakukan pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan berfikir berdasarkan indikatornya selama proses KBM berlangsung, pada akhir pertemuan KBM diberikan penilaian dalam bentuk tes tertulis yang bertujuan untuk mengukur pengetahuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup dalam hal ini adalah kecakapan berfikir rasional. Skor hasil belajar siswa diukur menggunakan tes uraian sebanyak 9 butir soal yang mengacu pada indikator kecakapan berfikir rasional yang diukur, yang terdiri dari ranah kognitif C1-C6 dengan skor maksimal 75.





SIMPULAN



Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk meningkatkan kecakapan berfikir rasional siswa dan dapat menuntaskan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal untuk materi tekanan pada fluida. Hasil yang diperoleh menunjukkan terjadi peningkatan rerata skor aktivitas siswa untuk kecakapan berfikir rasional pada pertemuan ketiga bila dibandingkan dengan pertemuan pertama, dari kategori dengan predikat cukup pada pertemuan pertama, meningkat menjadi oklan kategori dengan predikat baik dan sangat baik pada pertemuan ketiga. Untuk hasil belajar kognitif siswa diperoleh rerata skor hasil belajar dengan predikat B (baik), dengan 33% siswa yang memperoleh predikat A (sangat baik), 24% siswa yang memperoleh predikat B (baik) dan C (cukup), serta 19% yang memperoleh predikat D (kurang). Dari hasil ini disarankan dalam praktek pembelajaran yang akan datang guru harus lebih memberi perhatian kepada indikator-indikator tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih ditujukan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Ditjen KEMRISTEK DIKTI yang telah mendanai penelitian ini melalui skema penelitian produk terapan Tahun Anggaran 2017 sesuai kontrak pelaksanaan penelitian Nomor: 1320/UN47.D/PL/2017.



DAFTAR PUSTAKA



Ajaja, O.P., & Eravwoke, O.U. (2010). Effects of Cooperative Learning Strategy on Junior Secondary School Students Achievement in Integrated Science. Electronic Journal of Science Education, 14 (1), 1-18.

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach (Belajar Untuk mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta.

Deming, J.C., & Cracolice, M.S. (2004). Learning How to Think? The Science Teacher Journal, 71 (3), 42-47.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). (2007). Konsep Pengembangan Model Integrasi Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup Pendidikan Menengah. Jakarta: Balitbang Puskur.

Ernawati, T. (2014). Penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada mata kuliah ilmu lingkungan sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar mahasiswa prodi pendidikan IPA FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tahun akademik 2010/2011. Jurnal Pendidikan IPA NATURAL, 1 (1), 59-66.

Ibrahim, M., dkk. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Unipress Unesa.

Johnson, N. (2012). Teacher’s and Student’s Perceptions of Problem Solving Difficulties in Physics. International Multidiciplinary e-journal, 1(V), 97-101.

Jufri, W., & Djafar, D.S. (2010). Efektivitas Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri dengan Strategi Kooperatif dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 17 (2), 159-165.

Keles, O., & Ozsoy, S. (2009). Pre-Service Teacher’s Attitudes Toward Use of Vee Diagrams in General Physics Laboratory. International Electronic Journal of Elementary Education, 1 (3), 124-140.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). (2016). Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). (2017). Rekap Hasil Ujian Nasional (UN) Tingkat Sekolah. Tersedia pada laman https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/#

Khan, G. N. & Inamullah, M. H. 2011. Effect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students. Journal of Asian Social Science, 7(12), 211-215.

Khera, S., & Khosla. S. (2012). A study of core life skills of adolescents in relation to their self concept developed through YUVA School life skill programme: International Journal of Social Science and Interdisciplinary Research, 1 (11), 115-125.

Morgan, W.R., (1995). Critical Thinking What does That Mean? Journal of College and Science Teaching, 24 (5), 336-390.

Mugambi, M.M, & Muthui, R.K. (2013). Influence of structural context on implementation of secondary school life skills curriculum in Kajiado County Kenya: International Journal of Education and Research, 1 (03), 1-22.

Muliyani, R., & Kurniawan, Y. (2014). Profil Kemampuan Berfikir Kreatif dan Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF), 5 (3), 117-124.

Nugroho, U., Hartono., & Edi, S.S. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berorientasi Keterampilan Proses. Jurnal Pendidikan Fisika Indosesia, 5 (2009), 108-112.

Nur, M., & Wikandari, P. R. 2004. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: PSMS UNESA

Rahmawati, L., Jatmiko, B., & Raharjo. (2016). Pengembangan Perangkat pembelajaran IPA Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD dengan Strategi Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, 5 (2), 968-974.

Reddy, M.V.B., & Panacharoensawad, B. (2017). Students Problem-Solving Difficulties and Implications in Physics: An Empirical Study on Influencing Factor. Journal of Education and Practice, 8 (14), 59-62.

Sadieda, L.U., & Aviyah, N. (2011). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student Teams Achievement Division) melalui metode Team Teaching pada materi segiempat untuk melatih kecakapan siswa. Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika, 3 (1), 39-52.

Setiorini, D., & Munoto. (2016). Pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life-skill) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran instalasi penerangan listrik di SMK Negeri 1 Nganjuk. Jurnal PendidikanTeknik Elektro, 5 (2), 445-452.

Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Zewdien, Z.M. (2014). An Investigation of Problem Solving in Physics Cources. International Journal of Chemical and Natural Science, 2 (1), 77-89.


Related Posts

Post a Comment